Pemerintah Akan Bangun Kilang Minyak Berkapasitas 500 Ribu Barel, Pakai Modal Danantara

Timoteus Duang

Tuesday, 04-03-2025 | 11:33 am

MDN
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyampaikan keterangan persnya kepada awak media usai diterima Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa, 4 Maret 2025. Foto: BPMI Setpres

JAKARTA, INAKORAN.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan bahwa pemerintah berencana membangun kilang minyak (refinery) dengan kapasitas 500 ribu barel.

Kilang ini digadang-gadang menjadi yang terbesar di Indonesia.

 

Bahlil juga menegaskan bahwa proyek pembangunan kilang ini termasuk dalam tahap awal investasi hilirisasi pada tahun 2025.

"Kita juga akan membangun refinery yang Insyaallah kapasitasnya itu kurang lebih sekitar 500 ribu barel,” ujar Bahlil saat memberikan keterangan pers di Istana Kepresidenan, Senin (3/2/2025).

“Ini salah satu yang terbesar nantinya, ini dalam rangka mendorong agar ketahanan energi kita betul-betul lebih baik."

Baca juga: Harga Minyak Naik: Dampak Penguatan Ekonomi China

Rencana strategis ini menjadi salah satu agenda yang dibahas dalam pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto pada Senin malam.

Lebih lanjut, Bahlil mengungkapkan bahwa total investasi untuk tahap pertama hilirisasi mencapai USD 45 miliar, yang bersumber dari Badan Pengelola Investasi Danantara.

"Kami telah memutuskan tahap pertama hilirisasi yang ditargetkan kurang lebih sekitar USD 618 miliar untuk di tahun 2025, yang tadi kami paparkan kurang lebih sekitar 21 proyek pada tahap pertama yang total investasinya kurang lebih sekitar USD 45 miliar," kata Bahlil.

Baca juga: Ramai-ramai Soal Elpiji 3 Kg, Bahlil: Jangan Urusan Kecil Semuanya ke Presiden, Seolah Menterinya Gak Kerja

Selain proyek pembangunan kilang, ia juga menyebut bahwa tahap awal hilirisasi mencakup pembangunan fasilitas penyimpanan minyak mentah untuk Cadangan Penyangga Energi di Pulau Nipa.

Pemerintah juga berkomitmen melanjutkan hilirisasi batu bara menjadi dimetil eter (DME) sebagai alternatif pengganti LPG.

Selain itu, proyek hilirisasi lainnya ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditas seperti tembaga, nikel, dan bauksit hingga ke tahap produksi alumina.

Baca juga: Kenapa Pemerintah Larang Pengecer Jual Gas Melon?

"Kemudian di sektor pertanian, sektor perikanan juga masuk tadi termasuk di sektor kehutanan," tambah Ketua Umum Partai Golkar itu.

 

KOMENTAR