Harga Minyak Naik: Dampak Penguatan Ekonomi China

Jakarta, Inakoran
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan signifikan ke kisaran US$ 70,2 per barel pada Senin (3/3). Lonjakan ini didorong oleh dua faktor utama: penguatan data manufaktur China sebagai importir minyak terbesar dunia dan ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Ukraina yang berpotensi mengganggu pasokan minyak global.
Sebagai salah satu pilar utama dalam pasar energi, China kembali menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi. Data yang dirilis pada Sabtu (1/3) mengungkapkan bahwa aktivitas manufaktur di negara tersebut mencapai level tertinggi dalam tiga bulan terakhir pada Februari. Hal ini menumbuhkan optimisme bahwa permintaan bahan bakar akan meningkat, seiring dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi China pasca-pandemi.
BACA JUGA:
IHSG Dibuka Menguat 1,53%: Senin (3/3/2025)
Harga Emas Antam Naik 7.000 di Awal Pekan
Trump Cabut Lisensi Chevron di Venezuela: Harga Minyak Langsung Melambung
Harga Minyak Dunia Anjlok Hingga 2%: Dampak Melambatnya Ekonomi AS dan Jerman
Pertumbuhan sektor manufaktur di China bukan hanya sinyal positif bagi pasar minyak, tetapi juga menandakan peningkatan konsumsi energi yang lebih luas. Sebagai konsumen minyak terbesar di dunia, setiap pergerakan ekonomi China memiliki dampak besar terhadap dinamika harga minyak global.
Namun di sisi lain, situasi geopolitik turut berperan dalam kenaikan harga minyak. Bentrokan politik terbaru antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS Donald Trump menimbulkan ketidakpastian mengenai prospek perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa sanksi terhadap sektor minyak Rusia akan tetap diberlakukan, yang berarti pasokan global bisa semakin terbatas.
Selain ketegangan politik, potensi perang dagang global juga menjadi perhatian. Kebijakan tarif baru yang akan diberlakukan AS terhadap impor dari Kanada dan Meksiko, serta tambahan bea 10% untuk barang-barang asal China, dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Jika pertumbuhan ekonomi melambat, maka permintaan energi juga bisa terkena dampaknya, yang pada akhirnya dapat membatasi kenaikan harga minyak lebih lanjut.
KOMENTAR