Persepsi Suku Asmat terhadap Pola Asuh Anak (Studi Multidisplin dengan Pendekatan Kualitatif) Wahana Visi Indonesia Universitas Kristen Indonesia

Jakarta, Inako
Universitas Kristen Indonesia (UKI) sebagai lembaga pendidikan tinggi yang berkomitmen memberikan dan mewujudkan pengetahuan dan teknologi melalui Tri Darma yaitu pendidikan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
BACA JUGA:
Info Rupiah Hari Ini, 11 Agustus 2020
BACA JUGA:
Ulasan Hukum Dr Aartje, Mengapa Wanita sebagai pemicu Kekerasan Tidak pernah diulas? kata para suami
Kami mengembangkan penelitian dan pengabdian masyarakat bekerja sama dengan Wahana Visi Indonesia
(Ketua LPPM)
[Foto: UKI-WAHANA VISI INDONESIA]
Kerjasama UKI dan WVI, mencuatkan persepsi suku Asmat terhadap pola Asuh Anak dan melaporkan hasil penelitian tersebut kepada para pemangku kepentingan di kedua lembaga dan menginformasikan dengan memberikan masukan kepada pemerintah, dan tokoh-tokoh masyarakat tentang bagaimana pola asuh suku Asmat terhadap anak" papar Dr. Aartje Tehupeiory, S.H., M.H. CIQaR., CIQnR (Ketua LPPM)
Hal ini sejalan dengan hasil temuan dari Riskesdas 2018 yang melaporkan bahwa Papua merupakan provinsi dengan prevalensi gizi kurang dibandingkan dengan provinsi yang lain di Indonesia.
Kesimpulan:
- Persepsi penduduk Suku Asmat tentang peran anak dan kepemilikan anak masih kurang tepat sehingga reproduksi anak tetap dilakukan tanpa memperhatikan kesehatan baik orang tua maupun anak.
- Persepsi Suku Asmat terhadap sumber daya pangan lokal adalah sagu sebagai makanan kramat, sehingga kreativitas untuk melakukan variasi dalam pengolahan makanan kurang berkembang
Sagu makanan pokok suku Asmat Papua
[Foto: UKI-WVI]
- Persepsi orang tua terhadap sanitasi lingkungan adalah bahwa sanitasi lingkungan kurang begitu penting sehingga tidak ada kesadaran untuk melakukan kebersihan untuk kesehatan
- Persepsi orang tua terhadap akses layanan kesehatan adalah layanan kesehatan tidak menjadi tempat pertama dalam mencari pertolongan sehingga peran pro-aktif tenaga kesehatan sangat kecil
- Kemampuan orang tua ditinjau dari segi ekonomi saat ini sudah beraneka ragam sumber penghasilan.
- Peran yang dilakukan oleh para stakeholder masih belum begitu berdampak, dan belum ada sinergi dalam memecahkan masalah yang terjadi di kabupaten Asmat sehingga masalah sulit diselesaikan.
BACA JUGA:
Pernikahan Sesama Keluarga Miskin dan Kemiskinan Struktural
Rekomendasi:
Suku Asmat masih perlu diberikan dan diedukasi tentang penguatan peran keluarga yang berkesinambungan, dalam hal sinergi antara lembaga Gereja, Pemerintah, dan LSM sangat diperlukan, dalam memberikan penguatan tentang peran keluarga yang sebenarnya
[Foto: UKI-WVI]
Suku Asmat perlu diberikan edukasi berkelanjutan mengenai diversifikasi makanan dari budaya meramu sagu menjadi menanam dan juga edukasi berkelanjutan mengenai pengolahan sagu sehingga menjadi bahan ekonomi kreatif. Dalam hal ini, sinergi antara Lemabga Gereja, Pemerintah, dan LSM juga sangat diperlukan dalam melakukan programprogram pelatihan pertanian (meskipun sudah pernah dilakukan tetapi masih bersifat sosialiasi dan prakter dalam jangka waktu yang relatif sangat singkat)
Sinergi antara lembaga Gereja, Pemerintah, dan LSM juga sangat diperlukan melakukan RESEARCH untuk mengetahui keadaan lingkungan, cuaca, jenis dan tingkat kesuburan tanah untuk dapat menentukan jenis tumbuh-tumbuhan (umur pendek/panjang) yang dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan
Masyarakat suku asmat masih memerlukan edukasi dan pendampingan dalam hal “Sanitasi Lingukungan”, dalam hal ini, sinergi antara Gereja, Pemerintah, dan LSM sangat diperlukan baik dalam hal pengadaan saluran air bersih umum, tempat pembuangan/pengelolaan sampah dan limbah keluarga dan lain-lain
Nyalakan Harapan untuk NKRI Hebat..
TAG#SAGU, #UKI, #WAHANA VISI
204207851
KOMENTAR