Petani Aceh Tenggara Panen Dini Jagung
Ratusan petani di Kabupaten Aceh Tenggara mengaku terpaksa memanen dini jagung mereka karena curah hujan yang sangat tinggi di daerah itu dalam bulan terakhir ini.
Fatimah (42), petani jagung di Desa Perapat Sepakat, Kecamatan Babussalam, Kutacane menuturkan, meski jagung belum terendam air, namun curah hujan yang tinggi, menyebabkan jagung cepat membusuk.
"Memang belum sempat terendam air, tapi jagung kami sebagian telah membusuk," ujar Fatimah, di Kutacane, Selasa (2/1/2018).
sambil memperlihatkan bagian tongkol jagung yang telah membusuk, ia mengatakan, pedangang pengumpul enggan membeli tanaman pangan jenis ini bagi yang tidak berwarna orange.
Jika laku dijual pun, lanjutnya, maka hasil panen dini dengan harga yang relatif murah atau tidak sesuai harga berlaku di pasaran dan saat ini sebesar Rp3.600 per kilogram.
Seperti diketahui, data Dinas Pertanian Aceh Tenggara luas tanaman pangan jenis padi 16.679 hektare dengan masa tanam tiga kali dalam satu tahun dan mampu memproduksi jagung sekitar 220 ribu ton per tahun
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa Aceh Tenggara merupakan kabupaten nomor lima yang berhasil mengentaskan kemiskinan dari 23 kabupaten/kota di Aceh karena daerah sentra produksi jagung dalam satu hektare rata-rata dapat memproduksi 7,2 ton per hektare.
Hairul (45), petani jagung lain di wilayah Aceh berbatasan dengan Kabupaten Karo, Sumatera Utara beralasan, lebih baik memanen dini walau usia tanaman belum cukup, ketimbang jagung terus dibiarkan membusuk.
Pihaknya tidak memikirkan kerugian yang harus ditanggung jutaan rupiah, karena jagung tersebut sedianya tinggal menunggu satu bulan lagi atau masa panen tiba.
Abdurrahman Maha (53), salah satu ketua kelompok tani setempat, juga mengharapkan ada perhatian dari pemerintah daerah karena musim hujan telah mengakibatkan petani lebih cepat memanen berakibat terancam merugi.
KOMENTAR