Produk Lokal Makin Tersingkir Akibat Serbuan Barang Impor

Sifi Masdi

Wednesday, 16-08-2023 | 13:14 pm

MDN
Menteri Teten Masduki saat bertemu dengan para seller online [dok:kemenkop]

 

 

 

Jakarta, Inako

Salah satu asosiasi reseller online, Menhefari dari Dimensi,  mengadukan Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki saat pertemuan dengan para seller online dari berbagai platform, di Jakarta. Ia protes terkait persaingan usaha di platform e-commerce yang sudah tidak sehat.

Menteri Teten Masduki bertemu dengan dengan para seller online [dok:kemenkop]

 

BACA JUGA: MenKopUKM: Aturan Perdagangan Elektronik Harus Mampu Lindungi Produk Lokal

“Kami di TikTok harga jatuh, karena ada harga di TikTok Shop yang sangat murah dan tidak masuk akal. Kami tidak bisa memilih ekspedisi dan tiba-tiba ada produk baru yang masuk,” kata Menhefari.

Hal serupa juga disampaikan oleh Dian Fiona, pemilik usaha fesyen dari Bandung. Dia  mengatakan, masuknya barang impor secara bebas tanpa dikenakan pajak, jelas membuat usaha dan brand lokal sepertinya juga terkena imbas.

 

 

 

BACA JUGA: Pelaku Usaha Mikro Diminta Mampu Beradaptasi Dengan Dunia Digital

“Kami mempekerjakan para kepala keluarga dari kampung, sudah wajib pajak pula. Ketika ada produk dari China secara bebas untuk didistribusikan di online, kami jadi sulit bersaing. Jadi harus ada pengawasan di martketplace,” tegas Dian.

Apalagi sambung Dian, di kuartal IV-2023 seperti tahun sebelumnya pada Desember, menjadi momen puncak penjualan online tertinggi. “Jadi kami meminta perlindungan Pemerintah, bagaimana agar produk kita berjaya di negeri sendiri,” tambah Dian.

 

BACA JUGA: Menteri Teten Minta IKOPIN University  Berperan dalam Studi dan Inovasi Model Bisnis Koperasi

Hal yang sama juga dikeluhkan oleh Founder Real Food Edwin.  Ia mengatakan bahwa produk impor yang masuk Indonesia dijual dengan harga yang sangat murah karena belum ada regulasi. Padahal sebaliknya katanya, saat perusahaannya ingin melakukan ekspor sangat sulit karena dikenai pajak yang sangat tinggi dan hambatan lain untuk melakukan ekspor pada komoditas unggulan negara tujuan tersebut.

 

 


 

 

 

KOMENTAR