Rakyat Myanmar meneriakkan Hidup Bunda Suu, Uni Eropa dan Australia Kutuk kudeta, China tidak Tegas

Hila Bame

Wednesday, 03-02-2021 | 11:17 am

MDN
Aung San Suu Kyi.

 

YANGON, INAKORAN

 

Beberapa warga Myanmar  meneriakkan "Hidup Bunda Suu",  sebagai dukungan atas  penahanan (kudeta) terhadap Partai Aung San Suu Kyi oleh militer  pada  Senin (1/2/21) sebelum fajar merekah di Myanmar, seperti dilansir AP Rabu (3/2/21).

 

Militer menuduh Partai Aung San Suu Kyi melakukan kecurangan yang meluas dalam pemilihan yang diadakan tiga bulan lalu, yang dimenangkan NLD secara telak, sebagai alasan pengambilalihan kekuasaan.


BACA:  

Apa itu Insititut Kewarganegaraan Indonesia atau IKI?


Panglima militer Myanmar mengatakan kudeta 'tak terhindarkan'


 

Dikatakan akan memegang kekuasaan dalam keadaan darurat selama 12 bulan, mengklaim kemudian akan mengadakan pemilihan baru - sumpah yang diulang kepala militer selama pertemuan kabinet pertama pasca kudeta.

“Sampai pemerintahan baru terbentuk setelah pemilu, kami akan berusaha mempertahankan negara,” ujarnya.

Presiden AS Joe Biden telah menyuarakan kemarahan global, menyerukan pemulihan demokrasi dengan cepat.

Washington telah menyumbang US $ 1,5 miliar ke Myanmar sejak 2012 untuk mendukung demokrasi, perdamaian internal, dan komunitas yang dilanda kekerasan, kata Departemen Luar Negeri.

"Komunitas internasional harus bersatu dalam satu suara untuk menekan militer Burma agar segera melepaskan kekuasaan yang telah mereka rebut," kata Biden.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Uni Eropa dan Australia antara lain mengutuk kudeta tersebut.

Tapi tanggapan China kurang tegas, dengan kantor berita resmi Xinhua menggambarkan kudeta itu sebagai "perombakan kabinet".

Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat pada hari Selasa tetapi gagal menyetujui pernyataan yang mengutuk kudeta tersebut.

Untuk diadopsi, diperlukan dukungan China, yang memiliki hak veto sebagai anggota tetap Dewan Keamanan dan merupakan pendukung utama Myanmar di PBB.

 

KOMENTAR