Rekomendasi Saham Pilihan: Prospek BBCA dan BREN

Jakarta, Inakoran
Pasar saham tengah mengalami tekanan cukup signifikan. Hingga penutupan perdagangan Selasa, 15 April 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat berada di level 6.441,68. Secara year to date (ytd), IHSG sudah melemah 9,01%, seiring dengan volatilitas pasar global dan sentimen negatif dari investor asing.
Penurunan IHSG ini turut menekan kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menyusut menjadi Rp 11.105 triliun. Angka ini turun sekitar 11,08% dibandingkan posisi akhir 2024 yang mencapai Rp 12.336 triliun.
Peta Big Caps Berubah
Kondisi ini juga mengubah struktur saham berkapitalisasi besar (big caps). PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kini menempati posisi puncak dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 1.047 triliun, menggeser PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) ke posisi kedua dengan kapitalisasi Rp 789 triliun. Padahal, pada akhir 2024, BREN sempat memimpin dengan kapitalisasi Rp 1.241 triliun, sementara BBCA berada di urutan kedua dengan Rp 1.181 triliun.
Selain itu, saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) terdepak dari daftar 10 besar kapitalisasi pasar. Posisi ini kini digantikan oleh PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang mencatat kapitalisasi pasar sebesar Rp 362 triliun per 15 April 2025.
Menurut Oktavianus Audi, Vice President Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas, pelemahan kapitalisasi pasar merupakan konsekuensi dari penurunan IHSG. Namun, ia mencatat adanya tanda-tanda penguatan dalam beberapa hari terakhir, di mana IHSG kembali menembus level 6.000. Kenaikan ini didorong oleh pergerakan saham-saham big caps.
Audi menilai penguatan tersebut masih bersifat jangka pendek hingga menengah, seiring terbukanya ruang negosiasi selama 90 hari terkait rencana tarif impor dari Amerika Serikat. Ia juga menyebutkan bahwa apabila IHSG mampu kembali ke level 7.000, kapitalisasi pasar berpotensi mengalami peningkatan signifikan.
Kondisi pasar saat ini membutuhkan likuiditas untuk menopang harga saham di tengah tekanan jual dari investor asing. Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menyarankan investor mencermati saham-saham blue chip milik BUMN. Ia menilai rencana Danantara sebagai penyedia likuiditas dapat membantu menstabilkan harga saham, terutama pada emiten yang masuk dalam portofolio Danantara.
Selain itu, rencana BPJS Ketenagakerjaan untuk menggandakan investasi di pasar saham juga dinilai sebagai katalis positif, khususnya untuk saham big caps di sektor keuangan.
Rekomendasi Saham
Ekky merekomendasikan saham BBRI, BMRI, TLKM, serta BBCA sebagai pilihan utama. Untuk BBCA, target harga jangka pendek dipatok di Rp 9.250 dan jangka panjang di Rp 10.400. Sementara untuk keperluan swing trading, ia memberikan target BBRI di Rp 5.000, BMRI di Rp 6.300, dan TLKM di kisaran Rp 2.600–2.700.
Senada dengan itu, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, juga menilai penguatan saham big caps masih bersifat jangka menengah. Ia menyoroti pentingnya kepastian terkait kebijakan tarif impor AS dan arah suku bunga dari Bank Indonesia yang akan dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) mendatang.
Indy merekomendasikan BBRI dengan target harga Rp 5.025 dan BMRI di Rp 6.100 karena valuasinya yang dinilai masih menarik. Sementara Audi menyarankan BBCA dibeli di harga Rp 9.250, serta BMRI dan TLKM masing-masing di Rp 5.450 dan Rp 2.830.
Disclaimer:
Rekomendasi ini bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan investor.
TAG#Pasar Saham, # Saham Pilihan, # IHSG, # Saham BUMN, #Pasar Modal, #Emiten, #Bursa Efek Indonesia, # Rekomendasi Saham, #BBRI, #BMRI, #TLKM, #BBCA, #PANI, #BREN
195035023
KOMENTAR