Rupiah Dibuka Melemah Tipis: Berada di Posisi Rp15.950/USD

Sifi Masdi

Monday, 12-08-2024 | 12:23 pm

MDN
Rupiah Vs Dolar AS [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan tipis pada pembukaan perdagangan awal pekan aini (12/8/2024). Mata uang Garuda dibuka pada level Rp15.950 per USD. Pelemahan ini terjadi di tengah penguatan dolar AS yang didorong oleh berbagai sentimen global.

 

Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa pada Senin, 12 Agustus 2024, rupiah melemah sebesar 25,50 poin atau sekitar 0,16% ke level Rp15.950 per USD. Sementara itu, indeks dolar AS tercatat mengalami kenaikan tipis sebesar 0,03%, mencapai level 103,16. Kenaikan indeks dolar ini menjadi salah satu faktor eksternal yang menekan nilai tukar rupiah.

 

Pelemahan rupiah tidak terjadi sendirian, melainkan juga dialami oleh mayoritas mata uang di kawasan Asia. Beberapa mata uang Asia yang juga dibuka melemah antara lain won Korea yang turun 0,11%, yuan China yang melemah 0,09%, dan yen Jepang yang turun lebih signifikan sebesar 0,23%. Selain itu, peso Filipina dan ringgit Malaysia juga tercatat melemah, masing-masing sebesar 0,06% dan 0,27%.

 


 

BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Senin, 12 Agustus 2024

Dibutuhkan Waktu Puluhan Tahun Membangun IKN, Prabowo: Kita Juga Tidak Boleh Memaksakan

Akhir Pekan: Rupiah Dibuka di Level Rp15.917/USD

Peluang Cuan di Saham Emiten Migas

 


 

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif sepanjang hari ini. Meskipun sempat melemah pada pembukaan, Ibrahim optimis bahwa rupiah dapat ditutup menguat di kisaran Rp15.880 hingga Rp15.970 per USD.

 

Menurut Ibrahim, ada beberapa sentimen yang memengaruhi fluktuasi rupiah akhir pekan lalu. Dari sisi eksternal, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah data pasar tenaga kerja AS. Laporan terbaru menunjukkan bahwa tunjangan pengangguran di AS turun lebih dari yang diperkirakan, meredakan kekhawatiran investor akan resesi yang mungkin segera terjadi. Hal ini berdampak positif bagi dolar AS, yang kemudian memberikan tekanan terhadap mata uang lainnya, termasuk rupiah.

 

 

 

Selain data pasar tenaga kerja, investor juga saat ini tengah menantikan laporan inflasi harga konsumen AS untuk bulan Juli yang akan dirilis pekan depan. Laporan ini dipandang sebagai indikator penting untuk memahami arah kebijakan moneter AS di masa mendatang.

 

Di samping itu, para pelaku pasar juga menantikan komentar dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang dijadwalkan berbicara pada Simposium Kebijakan Ekonomi Jackson Hole pada 22-24 Agustus 2024. Pernyataan Powell di acara ini sering kali memberikan petunjuk mengenai arah kebijakan suku bunga di masa depan.

 

Di tengah tekanan eksternal, Indonesia tetap menunjukkan ketahanan ekonominya. Menurut International Monetary Fund (IMF), pertumbuhan ekonomi Indonesia masih kuat meskipun terdapat gejolak eksternal. Inflasi di Indonesia tetap terkendali dalam kisaran target yang telah ditetapkan, dan sektor keuangannya dinilai cukup resilien.

 

IMF juga memproyeksikan kinerja ekonomi Indonesia akan tetap tinggi dengan pertumbuhan sebesar 5% pada tahun 2024 dan 5,1% pada tahun 2025. Proyeksi ini memberikan optimisme bahwa meskipun ada tekanan dari luar, perekonomian domestik Indonesia masih berada dalam jalur yang positif.

KOMENTAR