Rupiah Kembali Tertekan: Bertengger di Posisi Rp 16.232/US$

Sifi Masdi

Monday, 29-04-2024 | 11:54 am

MDN
Rupiah Vs Dolar AS [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Mata uang rupiah kembali menghadapi tantangan pada awal pekan ini. Pada Senin, 29 April 2024, kurs rupiah terhadap dolar AS membuka perdagangan dengan melemah ke posisi Rp16.232 per dolar AS. Tekanan ini disebabkan oleh data ekonomi dari Paman Sam yang mempengaruhi sentimen pasar.

 

Berdasarkan data dari Bloomberg, mata uang rupiah  engalami penurunan sebesar 0,14% atau 22 poin, menjadikannya berada di level Rp16.232 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat sebesar 0,05% dan berada di level 105.860.

 

BACA JUGA:   Rekomendasi Saham yang Layak Dikoleksi Pekan Ini

 

Namun, situasi ini tidak hanya berdampak pada rupiah. Mata uang dari kawasan Asia juga bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Beberapa pergerakan mencakup: Yen Jepang turun sebesar 0,53%, Dolar Hong Kong turun sebesar 0,01%, Won Korea melemah sebesar 0,48%, Rupee India turun  sebesar 0,03%, Ringgit Malaysia melemah sebesar 0,18%, Baht Thailand turun sebesar 0,07%, Peso Filipina tergerus sebesar 0,01%, Yuan China naik sebesar 0,01%, Dolar Singapura naik sebesar 0,04%.

 

 

 

 

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa mata uang rupiah mengalami fluktuasi namun akhirnya ditutup menguat di rentang Rp16.180 - Rp16.260 per dolar AS.

 

Departemen Perdagangan melaporkan bahwa produk domestik bruto AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 1,6% pada periode Januari-Maret, lebih lambat dari perkiraan pertumbuhan 2,4% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Reuters.

 

BACA JUGA: Harga Emas Antam Turun Rp1.000 pada Perdagangan Awal Pekan Ini

 

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa inflasi yang diukur dengan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti naik 3,7% pada kuartal pertama, melampaui perkiraan kenaikan 3,4%. Fokus kini tertuju pada rilis data indeks harga PCE untuk bulan Maret yang akan dirilis pada hari Jumat. Indeks PCE merupakan salah satu ukuran penting yang digunakan oleh The Fed dalam mengukur perilaku harga.

 

Meskipun inflasi masih berada di atas target inflasi bank sentral AS sebesar 2%, investor memperkirakan pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) yang berakhir pada hari Jumat tidak akan cukup hawkish untuk mendukung mata uang Jepang. Investor memperkirakan level dolar/yen 155 akan menjadi batasan bagi otoritas Jepang, di mana BOJ dapat melakukan intervensi untuk menopang mata uang tersebut.

 

BACA JUGA: IHSG Turun 0,72% Dalam Sepekan, Meski Volume Transaksi Meningkat

 

Sementara itu, dari dalam negeri, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terjaga dalam posisi surplus hingga Maret 2024. Meskipun tetap waspada karena kondisi geopolitik meningkat, posisi total dari APBN masih surplus sebesar Rp8,1 triliun atau 0,04% dari GDP. Kinerja surplus ini terjadi karena pendapatan negara lebih besar dibandingkan belanja APBN.

 

Hingga Maret, pendapatan negara telah terkumpul sebesar Rp 620,01 triliun atau setara dengan 22,1% dari target Rp2.802,3 triliun pada kuartal pertama. Meskipun terjadi penurunan sebesar 4,1%.

KOMENTAR