Sri Mulyani: Dunia Hadapi Tiga Ancaman Besar

Sifi Masdi

Tuesday, 24-05-2022 | 21:32 pm

MDN
Menteri Keuangan Sri Mulyani [ist]

 

 

Jakarta, Inako

Saat ini dunia menghadapi tiga ancaman besar yaitu perubahan iklim, normalisasi kebijakan moneter, hingga pengetatan likuiditas.

Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, saat menghadiri Rapat Paripurna DPR RI di Jakarta, Selasa (24/5/2022).

 

 

Menurut Sri Mulyani, normalisasi kebijakan keuangan di bidang moneter perlu dilakukan dalam rangka  merespons kenaikan inflasi akibat kenaikan harga komoditas.

Namun di sisi lain normalisasi kebijakan moneter dan pengetatan likuiditas ini telah menimbulkan disrupsi di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Sri Mulyani menyebutkan bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina ikut memperparah situasi geopolitik dunia saat ini. Konflik tersebut pada akhirnya menimbulkan ancaman krisis mulai dari energi, pangan, sampai keuangan.

Oleh karena itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah membentuk sebuah grup untuk mengantisipasi tiga potensi krisis dunia yaitu energi, pangan, dan keuangan.

Bagaimana dengan Indonesia? Sri Mulyani menegaskan Indonesia harus mampu merespons secara tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat aksi terhadap berbagai potensi ancaman dunia tersebut.

Meski demikian, Sri Mulyani mengakui bahwa pemerintah Indonesia mampu mengatasi gejolak global. Hal itu mengacu pada kemampuan Indonesia menghadapi krisis ekonomi dan kesehatan akibat pandemi COVID-19.

 

 

Menurut wanita yang beberapa kali menyabet penghargaan sebagai Menteri Keuangan terbaik dunia, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam melakukan penanganan COVID-19 telah memberikan dampak positif yakni membangkitkan aktivitas ekonomi domestik.

Ia menyebutkan saat ini,  Ekonomi Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5,01 persen pada triwulan pertama, sementara China sebesar 4,8 persen, Jerman 3,7 persen, Korea Selatan 3,1 persen dan Singapura 3,4 persen.

Pertumbuhan yang kuat ini juga didukung oleh stabilisasi tingkat harga atau inflasi yang tercatat 0,95 persen (mtm) atau 3,47 persen (yoy) pada April 2022.

 

 

 

KOMENTAR