The Fed akan Turunkan Suku Bunga 5 Kali, Dorong Harga Emas Labil
Jakarta, Inako
Harga emas dunia di pasar spot masih bertahan di level US$ 1.500/troy ounce setelah mengalami penurunan harga kemarin. Perhatian investor kali ini tertuju pada bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) yang diprediksi akan agresif dalam memangkas suku bunga.
Pada perdagangan Selasa harga emas mencapai US$ 1.508, setelah itu harga emas terkoreksi turun hingga perdagangan Rabu. Hal tersebut memberikan gambaran US$ 1.508 menjadi resisten (tahanan atas) yang cukup kuat.
Secara teknikal, berdasarkan grafik harian emas masih bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), tetapi masih di atas MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram sudah memasuki area negatif, memberikan gambaran momentum penguatan yang melemah.
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di bawah MA 8 dan MA 21, tetapi masih di bawah MA 125. Indikator stochastic bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold).
Selama bertahan di atas level psikologis US$ 1.500, emas masih berpotensi menguat dan menguji kembali level US$ 1.508. Hanya penembusan konsisten di atas level tersebut yang dapat membawa harga naik lebih tinggi, dengan target menuju area US$ 1.1515.
Sementara itu level US$ 1.500 ditembus ke bawah, emas berpeluang kembali terkoreksi ke area US$ 1.496. Penembusan di bawah area tersebut akan membawa emas turun menuju US$ 1.490.
Prediksi The Fed akan agresif dalam memangkas suku bunga bisa dilihat dari piranti FedWatch milik CME Group siang ini. Pelaku pasar melihat Jerome Powell dkk pasti akan memangkas suku bunga di bulan September. Piranti tersebut menunjukkan probabilitas sebesar 98,1% suku bunga akan dipangkas 25 basis poin (bps) menjadi 1,75%-2%.
Bahkan jika melihat suku bunga untuk bulan Desember dalam piranti FedWatch, probabilitas suku bunga The Fed berada di level 1,25%-1,5% sebesar 50,4%. Probabilitas tersebut menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan yang lainnya, ini berarti pelaku pasar melihat The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali lagi tahun ini, masing-masing 25 bps.
Berdasarkan piranti tersebut, The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga pada bulan September, Oktober, dan Desember. Selain itu, analis dari Bank Danske bahkan memprediksi Jerome Powell akan memangkas suku bunga lima kali sebelum April 2020.
Para analis yang dipimpin oleh Mikael Olai Milhoj kini percaya The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps dalam lima rapat kebijakan moneter ke depan, dan suku bunga akan berada di level 0,75-1% di bulan Maret 2020, sebagaimana dilansir CNBC International.
Acara tahunan Jackson Hole di AS pada Kamis pekan ini bakal memberikan gambaran apakah The Fed akan agresif atau tidak dalam memangkas suku bunga. Ketua The Fed, Jerome Powell, akan berpidato di hari Jumat, dan akan menjadi sorotan utama pelaku pasar.
"Ekspektasi pasar untuk pertemuan Jackson Hole dan komunitas bank sentral secara agregat sangat dovish. Pasar di AS bersama pasar lainnya di seluruh dunia saat ini memprediksi akan ada pelonggaran moneter yang besar" kata Brad Bechtel, direktur pelaksana Jefferies di New York, sebagaimana dilansir CNBC International.
Pemangkasan suku bunga yang agresif oleh The Fed, serta pelonggaran moneter global seharusnya menjadi sentimen yang bisa mendongkrak harga emas naik lebih lanjut. Namun nyatanya emas belum mampu melanjutkan kenaikan.
Sebelum pertemuan Jackson Hole, rilis notulen rapat kebijakan The Fed Kamis dini hari nanti menjadi perhatian utama pelaku pasar, dan menjadi penyebab emas belum mau naik lagi.
Notula yang dirilis kali ini merupakan detail dari rapat kebijakan moneter bulan Juli saat memangkas suku bunga 25 bps, dan saat itu Pimpinan The Fed, Jerome Powell bersikap tidak terlalu dovish, dan memupus harapan akan pemangkasan suku bunga yang agresif.
Pelaku pasar ingin mencerna bagaimana suasana dan perdebatan dalam rapat tersebut. Jika para pejabat The Fed terlihat semakin lebih dovish dibandingkan dengan sang pimpinan, maka peluang pemangkasan suku bunga secara agresif akan semakin terbuka lebar, dan emas berpotensi melanjutkan penguatan.
Sementara itu, Mark Mobius menyarankan investor untuk membeli emas pada saat berapapun harganya karena dalam jangka panjang, berinvestasi di emas akan memberikan imbal hasil yang tinggi. Apalagi saat ini bank-bank sentral dunia mulai melonggarkan kebijakan moneter.
Selain itu, kenaikan harga cryptocurrency juga akan membuat permintaan emas menjadi lebih tinggi, kata mantan investor yang juga pendiri Mobius Capital Partners LLP itu.
"Prospek jangka panjang emas naik, naik dan naik, dan alasan mengapa saya mengatakannya adalah karena jumlah uang yang beredar naik, naik dan naik," kata Mobius kepada Bloomberg TV dikutip dari www.livemint.com.
"Saya pikir Anda harus membeli di level (harga) apa pun, terus terang."
Mengutip laporan Live Mint, harga emas telah menyentuh level tertinggi enam tahun pada bulan ini akibat berita kemungkinan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve dan bank sentral lainnya akan menurunkan suku bunga. Rencana pemangkasan suku bunga ini ramai mencuat setelah ekonomi dunia diperkirakan akan melambat akibat perang dagang antara AS-China.
Bahkan, imbal hasi (yields) obligasi pemerintah AS Treasury sempat membentuk kurva inversi, menimbulkan isu ancaman resesi. Akibat hal ini, banyak investor beralih berinvestasi di emas.
"Akibat rencana bank sentral untuk menurunkan suku bunga, mereka (para investor) akan kelabakan (di pasar saham)," kata Mobius.
TAG#Komoditi Emas, #The Fed, #Bunga Acuan
188649212
KOMENTAR