Direktur WHO Akan Berpidato di Universitas Tsinghua, China

Binsar

Tuesday, 16-06-2020 | 09:45 am

MDN
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus [ist]

Beijing, Inako

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dijadwalkan akan memberikan pidato pembukaan kepada para siswa di Universitas Tsinghua elit di Beijing, di tengah tuduhan dari Amerika Serikat bahwa lembaga itu bias terhadap Cina.

Tedros Adhanom Ghebreyesus akan menyampaikan pidato online ke Sekolah Ekonomi dan Manajemen Tsinghua pada 21 Juni, menurut pemberitahuan dari universitas.

Presiden A.S. Donald Trump &  Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus [ist]

 

Sebelumnya, Presiden A.S. Donald Trump mengatakan pada Mei lalu bahwa Amerika Serikat akan mengakhiri hubungannya dengan WHO terkait penanganan lembaga itu terhadap pandemi coronavirus. Trump bahkan menuduh lembaga tersebut sebagai boneka China.

 

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Diperkirakan Baru Tersedia pada Januari 2021

Baca Juga: WHO Ingatkan Negara-negara di Dunia Soal 'Puncak Kedua' COVID-19

Baca Juga: AS dan China Kembali Terlibat Perang Dagang Gara-gara Virus Corona

 

Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membantah tudingan Presiden AS Donald Trump yang menyebutkan bahwa pihaknya hanya fokus menangani Covid-19 di China dan dinilai tidak becus menangani permasalahan pandemi ini secara global.

Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus membantah kritikan presiden AS tersebut dan meminta semua pihak untuk bersatu serta menghentikan politisasi soal pendemi tersebut.

Universitas Tsinghua, China [ist]

 

"Kami dekat dengan setiap negara, kami buta warna," jelasnya. Tedros juga sempat mengatakan, bahwa dirinya berharap China dan Amerika Serikat menunjukkan kepemimpinan yang jujur.

Sekadar diketahui, AS merupakan negara pendonor dana utama bagi WHO dan Trump mengancam hentikan dana bagi organisasi PBB ini karena terlalu fokus ke China. Kontribusi AS ke WHO pada 2019 melebihi USD 400 juta, sedangkan China hanya menyumbang USD 44 juta.

KOMENTAR