Harga Bitcoin Tembus US$ 76.850,51: Dampak Kemenangan Donald Trump
Jakarta, Inakoran
Bitcoin kembali mencatat rekor tertinggi atau all-time high (ATH) pada perdagangan Kamis (7/11). Setelah menembus US$76.000, harga Bitcoin menyentuh puncak di angka US$78.850,51 atau setara sekitar Rp1,2 miliar per koin. Namun, pada Jumat (8/11) pagi, harga tersebut sedikit terkoreksi menjadi US$75.926,83.
Kenaikan harga Bitcoin yang signifikan ini diyakini sebagian besar dipengaruhi oleh kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
CEO INDODAX, Oscar Darmawan, menyebut bahwa peristiwa politik besar seperti Pilpres AS dapat memberikan dampak psikologis yang kuat bagi investor Bitcoin. "Ketika Bitcoin mencapai rekor harga tertingginya, ini menunjukkan kepercayaan dan harapan besar dari para investor. Kemenangan Trump yang dikenal pro-kripto memberikan dorongan signifikan pada pasar," ujar Oscar pada Jumat (8/11).
Trump dikenal mendukung aset digital, dan hal ini memberi pengaruh positif di kalangan investor kripto. Selain itu, Trump memiliki rencana untuk membentuk cadangan Bitcoin nasional dan memperkuat posisi Amerika Serikat sebagai pemimpin dalam teknologi dan aset digital. Harapan bahwa kebijakan ini akan segera dijalankan menciptakan optimisme yang mendorong harga Bitcoin menuju rekor tertinggi.
BACA JUGA:
Rekomendasi Saham Pilihan di Akhir Pekan: 8 November 2024
Donald Trump Menang, Harga Minyak Langsung Terbang
Bitcoin Hampir Tembus US$ 70.000: Donald Trump akan Ubah Regulasi Kripto
Elon Musk Guncangkan Pasar Kripto
Selain faktor politik, Bitcoin juga mendapat dorongan dari investasi institusi besar. Menurut data dari Farside Investors, pada 6 November 2024, arus masuk dana ke ETF (Exchange-Traded Fund) Bitcoin mencapai US$621,9 juta, seiring meningkatnya minat investor institusi pasca kemenangan Trump.
Oscar Darmawan menambahkan bahwa semakin banyak institusi keuangan yang kini tertarik pada Bitcoin. Langkah perusahaan besar seperti BlackRock dalam mengajukan ETF Spot Bitcoin telah mengubah persepsi terhadap Bitcoin, yang kini lebih dipandang sebagai instrumen investasi jangka panjang daripada aset spekulatif.
"Ketika institusi mulai berinvestasi dalam Bitcoin, mereka membawa likuiditas yang lebih besar dan legitimasi ke pasar kripto. Ini menunjukkan bahwa Bitcoin semakin diterima di kalangan mainstream,” jelas Oscar.
Dengan sentimen positif dari kemenangan Trump dan meningkatnya adopsi institusional, prospek Bitcoin tampak semakin solid. Kombinasi antara kebijakan pro-kripto dari Trump dan arus dana besar dari institusi finansial besar menjadi dua faktor utama yang diyakini akan memperkuat Bitcoin ke depannya.
Namun, meskipun mengalami kenaikan, volatilitas harga Bitcoin tetap perlu diperhatikan oleh para investor. Setelah menyentuh level tertinggi, harga bisa saja mengalami koreksi jangka pendek, terutama jika terjadi aksi ambil untung atau fluktuasi pasar yang didorong oleh faktor eksternal lainnya, seperti kebijakan moneter dan pergerakan ekonomi global.
KOMENTAR