Harga Emas Kembali Cetak Rekor: Dampak Ketegangan Geopolitik
Jakarta, Inakoran
Harga emas dunia mencetak rekor baru untuk sesi kedua berturut-turut pada Selasa (Rabu waktu Jakarta). Lonjakan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina yang mendorong permintaan terhadap aset-aset safe haven seperti emas. Sementara itu, pasar juga menanti kepastian lebih lanjut mengenai rencana suku bunga Federal Reserve (The Fed).
Dilansir dari CNBC pada Rabu, 20 November 2024, harga emas di pasar spot naik sebesar 0,8%, mencapai USD 2.632,68 per ounce—level tertinggi sejak 11 November 2024. Sementara itu, harga emas berjangka AS juga meningkat 0,8% menjadi USD 2.635,50 per ounce.
Kenaikan ini melanjutkan tren positif yang terjadi pada hari Senin, di mana harga emas melonjak hingga 2%. Kenaikan tersebut merupakan lompatan harian terbesar sejak pertengahan Agustus, sekaligus rebound tajam dari level terendah dua bulan yang tercapai minggu lalu.
BACA JUGA:
Rekomendasi Saham Pilihan: Rabu, 20 November 2024
Pasar Kripto Kompak Berada di Zona Hijau: AS Dukung Regulasi Kripto
Ketegangan Rusia-Ukraina Picu Kenaikan Harga Minyak
Harga Bitcoin Diprediksi Tembus USD 100.000 Akhir Tahun
Menurut Daniel Ghali, Ahli Strategi Komoditas dari TD Securities, ketegangan geopolitik menjadi faktor utama yang memicu reli harga emas. “Laporan semalam tentang Rusia yang mengubah doktrin nuklirnya setelah serangan rudal jarak jauh Ukraina di wilayah Rusia telah mendorong aliran investasi ke emas sebagai safe haven,” ungkap Ghali.
Prospek Harga Emas
Meski harga emas sedang dalam tren naik, Ghali mencatat bahwa investor spekulatif saat ini mungkin belum memiliki cukup dorongan untuk mendorong harga lebih tinggi tanpa adanya konsolidasi harga lebih lanjut.
Ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi terus memberikan daya tarik bagi emas. Selain itu, sejumlah faktor lain turut mendukung kenaikan harga logam mulia ini, termasuk, suku bunga rendah. Beberapa pejabat The Fed dijadwalkan berbicara minggu ini untuk memberikan sinyal mengenai jalur penurunan suku bunga di masa mendatang.
Di sisi lain, kesenjangan anggaran yang membengkak di Amerika Serikat dan negara-negara barat lainnya semakin mendukung posisi emas sebagai aset pelindung nilai.
Harga emas juga mendapat angin segar dari pelemahan nilai tukar dolar AS. Setelah mencapai level tertinggi dalam satu tahun pada pekan lalu akibat euforia perdagangan yang dipicu oleh kebijakan Donald Trump, dolar AS mulai melemah. Kondisi ini membuat emas lebih menarik bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Saat ini, pasar memperkirakan peluang sebesar 62% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember. Jika penurunan ini terealisasi, hal itu dapat semakin meningkatkan daya tarik emas di pasar global.
Menurut analis dari Commerzbank, minat beli terhadap emas tampaknya akan tetap tinggi selama faktor-faktor pendukung seperti ketegangan geopolitik dan risiko ekonomi terus berlangsung.
KOMENTAR