Harga Minyak Dunia Anjlok Setelah Arab Saudi Abaikan Target Harga US$100 Per Barel
Jakarta, Inakoran
Keputusan Arab Saudi dan OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak pada Desember 2024 membawa dampak signifikan terhadap harga minyak dunia. Langkah ini mengabaikan target harga US$100 per barel yang sebelumnya dianggap sebagai acuan penting.
Laporan dari Financial Times mengungkapkan bahwa Arab Saudi, sebagai salah satu eksportir minyak terbesar dunia, memutuskan untuk mengabaikan target harga minyak mentah sebesar US$100 per barel. Keputusan ini diambil dalam rangka mempersiapkan peningkatan produksi yang akan dilakukan bersama dengan anggota OPEC dan sekutunya pada Desember mendatang. Keputusan tersebut menyebabkan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan drastis lebih dari 3 persen pada Kamis (26/9/2024).
Menurut data yang dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun US$1,86 atau 2,53 persen menjadi US$71,60 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan sebesar US$2,02 atau 2,90 persen, dan berakhir di harga US$67,67 per barel.
BACA JUGA:
Rekomendasi dan Arah Pergerakan Saham pada Akhir Pekan Ini
Harga Minyak Dunia Anjlok: OPEC+ Siap Pangkas Produksi
Harga Minyak Dunia Kembali Stabil pada Awal Pekan Ini
Pertamina EP Sukowati Field Hemat Rp 32,07 Miliar Melalui Inovasi TerSADown
Arab Saudi, yang sebelumnya diketahui memiliki target tidak resmi untuk menjaga harga minyak di level US$100 per barel, kini bersiap untuk meningkatkan produksinya. Langkah ini mencerminkan perubahan strategi, di mana peningkatan produksi minyak diharapkan terjadi pada Desember 2024.
Selain Arab Saudi, OPEC+, yang terdiri dari negara-negara anggota OPEC dan sekutunya, juga dilaporkan berencana untuk mengikuti langkah yang sama. Dua sumber dari OPEC+ mengonfirmasi bahwa mereka akan melanjutkan peningkatan produksi minyak pada bulan Desember mendatang, menambah tekanan pada harga minyak dunia.
Reaksi Pasar
Keputusan Arab Saudi untuk meningkatkan produksi minyak mendapat beragam reaksi dari pasar. Phil Flynn, analis senior dari Price Futures Group, menyatakan bahwa pasar tampaknya bereaksi berlebihan terhadap laporan dari Financial Times. Sementara itu, Tamas Varga, analis di PVM, memperingatkan bahwa peningkatan produksi ini dapat mengganggu keseimbangan pasar minyak global.
“Jika benar terjadi, peningkatan produksi ini kemungkinan besar akan menyebabkan penumpukan stok pada tahun 2025 dan membuat harga minyak tetap berada di bawah tekanan moderat. Yang lebih mengkhawatirkan adalah apakah hal ini bisa menjadi awal dari perang pasokan minyak, baik di dalam maupun di luar organisasi OPEC,” ujar Varga.
Selain rencana peningkatan produksi, harga minyak juga tertekan oleh kekhawatiran akan kondisi ekonomi China yang sedang lesu. Sebagai salah satu konsumen minyak terbesar di dunia, melemahnya perekonomian China bisa berdampak pada menurunnya permintaan minyak secara global, yang pada gilirannya menekan harga minyak lebih jauh.
TAG#Minyak, #Minyak Mentah, #Harga Minyak Mentah, #Arab Saudi, #OPEC+, #Eksportis, #Negara Penghasil Minyak, #China, #OPEC, #Pasokan Minyak
188641829
KOMENTAR