Harga Minyak Dunia Kembali Melonjak: Dampak Permintaan China yang Tinggi
Jakarta, Inakoran
Harga minyak dunia mengalami kenaikan yang signifikan pada Rabu, 11 Desember 2024, seiring dengan meningkatnya permintaan dari China, negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia. Kenaikan ini juga didorong oleh kekhawatiran akan ketatnya pasokan di Eropa menjelang musim dingin.
Pada hari ini (11/12/) harga minyak mentah WTI untuk kontrak Januari 2024 di New York Mercantile Exchange tercatat sedikit turun menjadi US$ 68,58 per barel, dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di angka US$ 68,59 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent untuk kontrak Februari 2025 di ICE Futures juga mengalami lonjakan tipis, naik 0,07% menjadi US$ 72,19 per barel. Meskipun ada fluktuasi harga, tren kenaikan secara umum menunjukkan optimisme di pasar minyak global.
Salah satu pendorong utama kenaikan harga minyak adalah laporan mengenai peningkatan permintaan di China. Negara ini berencana untuk mengadopsi kebijakan moneter yang lebih longgar pada tahun 2025, sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Ini merupakan pelonggaran kebijakan pertama dalam 14 tahun terakhir, meskipun rincian spesifiknya masih belum jelas.
BACA JUGA:
Harga Emas Antam Naik Hingga Rp 17.000: Rabu, 11 Desember 2024
Rekomendasi Saham Pilihan Sektor Infrakstruktur: Rabu, 11 Desember 2024
Harga Minyak Naik 1%: Dampak Konflik Timur Tengah
Harga Minyak Dunia Naik Tipis: Dampak Konflik Timur Tengah
Impor minyak mentah China juga mengalami pertumbuhan tahunan untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan, dengan lonjakan signifikan pada bulan November. Namun, Tamas Varga dari pialang minyak PVM mengingatkan bahwa peningkatan ini lebih merupakan hasil dari penimbunan stok ketimbang peningkatan permintaan yang nyata.
“Perekonomian akan terdorong oleh sentimen yang lebih baik dan pengeluaran konsumen,” ujarnya, seraya menekankan pentingnya permintaan agregat domestik yang diimbangi dengan inflasi yang sehat.
Analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn, menyoroti spekulasi mengenai permintaan minyak musim dingin yang semakin mendukung harga. Fungsi pasar menunjukkan bahwa dana lindung nilai mulai membeli minyak mentah karena adanya kekhawatiran akan ketatnya pasokan di Eropa. Dengan banyak negara bersiap menghadapi musim dingin yang keras, pasokan minyak yang terbatas dapat menyebabkan lonjakan harga lebih lanjut.
Namun di sisi lain, di tengah situasi global yang dinamis, ketegangan di Timur Tengah, khususnya di Suriah, juga menjadi perhatian. Meskipun Suriah bukanlah produsen minyak utama, keberadaannya di wilayah strategis dan hubungan dekatnya dengan negara-negara seperti Rusia dan Iran dapat mempengaruhi stabilitas pasokan minyak.
Ahli strategi pasar IG, Yeap Jun Rong, mencatat bahwa dengan ketegangan yang tampaknya terkendali, para pelaku pasar merasa lebih optimis terhadap risiko gangguan pasokan minyak yang signifikan.
Harga minyak juga dapat terpengaruh oleh kebijakan moneter Federal Reserve AS. Jika Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga pada akhir pertemuannya yang dijadwalkan pada 17-18 Desember, hal ini dapat meningkatkan permintaan minyak di ekonomi terbesar dunia. Namun, para pedagang saat ini menunggu data inflasi yang akan dirilis, yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan pemangkasan suku bunga tersebut.
KOMENTAR