Harga Minyak Dunia Kembali Menguat: Di Atas US$ 70 per Barel

Sifi Masdi

Monday, 04-11-2024 | 11:48 am

MDN
Kilang minyak Iran [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia kembali menunjukkan tren kenaikan setelah sempat tertekan pada pekan lalu. Pada Senin pagi (4/10), harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2024 di New York Mercantile Exchange tercatat menguat sebesar 1,47% menjadi US$ 70,51 per barel, dari harga akhir pekan lalu di US$ 69,49 per barel.

 

Penguatan ini menandai kenaikan harga minyak dalam empat hari perdagangan berturut-turut sejak Rabu pekan lalu, dengan akumulasi kenaikan mencapai 4,64% selama sepekan.

 

Sementara itu, harga minyak Brent, yang menjadi acuan internasional, juga menguat dalam empat hari perdagangan beruntun. Harga minyak Brent kontrak Januari 2025 di ICE Futures tercatat naik 1,44% pada pagi ini, menyentuh level US$ 74,15 per barel. Secara mingguan, Brent mencatat kenaikan sebesar 4,44%.

 


 

BACA JUGA:

Rekomendasi dan Arah Pergerakan Saham: Senin, 4 November 2024

Harga Minyak Dunia Kembali Naik: Permintaan BBM di AS Meningkat

Harga Minyak Dunia Stabil: Stok Minyak AS Berkurang

Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Konflik Timur Tengah

 


 

Penguatan harga minyak pada pekan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, antara lain: kenaikan harga minyak didorong oleh keputusan OPEC+ (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya) untuk menunda rencana peningkatan produksi yang seharusnya dilakukan pada Desember.

 

Kebijakan ini diambil demi menjaga stabilitas pasar minyak yang dinilai masih rentan terhadap fluktuasi harga. Keputusan untuk mempertahankan produksi di level saat ini menunjukkan komitmen OPEC+ dalam menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan minyak global, sehingga mendukung kenaikan harga.

 

Lonjakan harga minyak juga dipicu oleh meningkatnya ketegangan politik di Timur Tengah, terutama setelah pernyataan dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang mengisyaratkan respons keras terhadap Israel.

 

Berdasarkan laporan The Wall Street Journal, Iran dikabarkan berencana meningkatkan eskalasi melalui serangan yang mungkin terjadi setelah pemilu AS namun sebelum pelantikan presiden pada Januari mendatang. Eskalasi tersebut diperkirakan akan melibatkan penggunaan rudal dan pesawat tak berawak.

 

Ketegangan antara Iran dan Israel, yang berpotensi berdampak pada stabilitas kawasan, menambah sentimen negatif di pasar minyak, mendorong investor untuk memperkirakan potensi gangguan pasokan. Situasi ini memberikan tekanan tambahan pada harga, di tengah kekhawatiran pelaku pasar terhadap keberlanjutan pasokan minyak di pasar global yang sangat bergantung pada stabilitas kawasan Timur Tengah.

 

Analis dari RBC Capital Markets mencatat bahwa sentimen pasar sempat tertekan oleh kekhawatiran bahwa OPEC+ akan meningkatkan produksi minyak. Namun, dengan kebijakan OPEC+ yang mempertahankan produksi, sentimen pasar mulai kembali positif. Kebijakan ini dinilai memberikan keseimbangan yang dibutuhkan untuk mengurangi ketidakpastian pasar yang masih rapuh.

 

Selain itu, faktor permintaan juga menjadi fokus pelaku pasar, mengingat permintaan minyak di pasar global cenderung meningkat menjelang musim dingin di belahan bumi utara. Dengan ketegangan geopolitik yang tengah berlangsung serta ketidakpastian dari sisi pasokan, harga minyak diperkirakan tetap berada pada tren naik dalam beberapa waktu ke depan.

 

 

KOMENTAR