Harga Minyak Dunia Kembali Naik: Permintaan BBM di AS Meningkat
Jakarta, Inakoran
Harga minyak mentah dunia kembali mencatatkan kenaikan signifikan. Faktor utama yang mendorong peningkatan ini adalah tingginya permintaan bahan bakar di Amerika Serikat (AS), diiringi penurunan tak terduga dalam persediaan minyak mentah dan bensin. Selain itu, laporan bahwa OPEC+ mungkin akan menunda rencana kenaikan produksi turut mendukung pergerakan harga minyak di pasar global.
Mengacu pada data Reuters, minyak mentah Brent naik 35 sen atau 0,5%, mencapai harga US$72,90 per barel pada Kamis dini hari (31/10), sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 32 sen atau 0,5%, menjadi US$68,93 per barel. Kedua kontrak ini sempat melonjak lebih dari 2% sehari sebelumnya, meski pekan ini sempat mengalami penurunan lebih dari 6% akibat ketidakpastian konflik di Timur Tengah yang mereda.
Laporan dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan adanya penurunan tak terduga dalam persediaan bensin di AS untuk pekan yang berakhir pada 25 Oktober. Ini adalah level terendah dalam dua tahun terakhir, yang mencerminkan meningkatnya permintaan domestik.
Tak hanya itu, persediaan minyak mentah AS juga mencatat penurunan karena rendahnya angka impor yang masuk ke negara tersebut. Hal ini berbeda dari perkiraan sembilan analis yang disurvei oleh Reuters, yang sebelumnya mengantisipasi peningkatan stok bensin dan minyak mentah.
Toshitaka Tazawa, analis dari Fujitomi Securities, mengatakan bahwa penurunan tak terduga dalam stok bensin di AS menunjukkan permintaan yang lebih kuat dari perkiraan. Kondisi ini dinilai menciptakan peluang bagi investor untuk membeli minyak mentah karena potensi kenaikan harga.
BACA JUGA:
Rekomendasi dan Arah Pergerakan Saham: 31 Oktober 2024
Pemerintah Upayakan Karyawan Sritex Terhindar dari PHK
Harga Minyak Dunia Stabil: Stok Minyak AS Berkurang
Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Konflik Timur Tengah
Sementara itu, perhatian pasar juga tertuju pada OPEC+—kelompok negara produsen minyak yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia. Organisasi ini sebelumnya merencanakan peningkatan produksi sebesar 180.000 barel per hari (bpd) pada Desember mendatang. Namun, dengan adanya kekhawatiran atas permintaan yang masih lesu dan peningkatan pasokan, mereka diperkirakan akan menunda rencana ini hingga satu bulan atau lebih.
Penundaan kenaikan produksi ini berpotensi mengerek harga minyak lebih tinggi, terutama untuk WTI yang bisa mencapai angka US$70 per barel jika rencana tersebut terwujud. Langkah final terkait kebijakan produksi ini akan diputuskan dalam pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada 1 Desember mendatang.
Di tengah pergerakan harga minyak, situasi geopolitik di Timur Tengah juga menjadi faktor yang tidak kalah penting. Baru-baru ini, Perdana Menteri Lebanon menyatakan harapan tercapainya kesepakatan gencatan senjata dengan Israel dalam beberapa hari ke depan. Langkah ini terjadi seiring dengan upaya diplomatik lain untuk meredakan konflik di Gaza, dengan tujuan mengakhiri ketegangan yang dapat berdampak pada kestabilan harga minyak dunia.
KOMENTAR