Harga Minyak Global Naik Tipis Jelang Pelantikan Donald Trump

Sifi Masdi

Monday, 20-01-2025 | 11:52 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak global menunjukkan pergerakan yang stabil meskipun pasar bersiap menghadapi periode ketidakpastian, menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump. Dengan berbagai kebijakan yang mungkin diimplementasikan oleh Trump di awal masa jabatannya, investor dan analis energi memantau dengan cermat bagaimana hal ini akan mempengaruhi pasar minyak.

 

Mengutip informasi dari Bloomberg pada Senin, 20 Januari 2025, harga minyak jenis Brent terpantau stagnan di level US$80,72 per barel, setelah mengalami penurunan dalam dua sesi perdagangan terakhir.

 

Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) mengalami kenaikan tipis sebesar 0,15% menjadi US$78 per barel. Stabilitas harga ini menunjukkan ketahanan pasar dalam menghadapi berita-berita yang berpotensi mengubah dinamika industri energi.

 

Salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan harga minyak adalah rencana Donald Trump untuk mengeluarkan serangkaian perintah eksekutif pada hari pertama masa jabatannya, yang mencakup isu energi dan kebijakan luar negeri.

 


BACA JUGA:

IHSG Menguat 0,42% di Awal Pekan

Harga Minyak Dunia Kembali Melonjak: Dampak Stok AS Menurun dan Sanksi terhadap Rusia

Harga Minyak Dunia Kembali Anjlok: Imbas Permintaan AS yang Diproyeksi Turun


 

Rencana tersebut mencakup ancaman tarif tinggi terhadap negara-negara seperti China, Kanada, dan Meksiko, serta penerapan sanksi lebih lanjut terhadap Iran. Kebijakan ini diperkirakan akan menambah ketidakpastian di pasar minyak global, yang sebelumnya sudah terpengaruh oleh berbagai sanksi yang ada.

 

Meskipun terdapat ketidakpastian, permintaan akan minyak global telah menunjukkan tanda-tanda penguatan pada awal tahun ini, sebagian besar disebabkan oleh cuaca dingin di Belahan Bumi Utara. Permintaan untuk pemanas yang lebih tinggi selama musim dingin telah berkontribusi pada stabilitas harga minyak.

 

Di sisi lain, sanksi yang lebih luas dari AS terhadap industri minyak Rusia telah mendorong pelanggan di Asia untuk mencari pasokan alternatif. Hal ini menyebabkan pergeseran dalam pasar minyak dunia, dengan harga minyak mentah dari Timur Tengah mengalami lonjakan.

 

Perdagangan pada hari Senin diperkirakan akan lebih rendah karena adanya hari libur federal di AS. Meskipun demikian, spekulan di pasar minyak telah meningkatkan posisi long-only mereka pada minyak Brent, meskipun terdapat juga penumpukan posisi short yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pasar menghadapi ketidakpastian, ada keyakinan di antara beberapa pelaku pasar mengenai potensi kenaikan harga minyak ke depan.

 

Scott Bessent, calon Trump untuk menteri Keuangan, menyatakan dukungannya terhadap tindakan peningkatan yang menargetkan industri minyak Rusia. Ini menyiratkan bahwa sanksi energi mungkin akan semakin ketat di masa mendatang.

 

Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd, juga menekankan bahwa jika sanksi terhadap Rusia dan Iran diperketat, produksi tambahan dari AS bisa menjadi penyeimbang yang penting dalam menjaga stabilitas harga minyak.

 

Di tengah dinamika pasar minyak, berita positif mengenai gencatan senjata di Gaza juga muncul. Kesepakatan yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir, serta didukung oleh AS, menetapkan gencatan senjata awal selama enam minggu. Dalam kesepakatan ini, Hamas akan membebaskan 33 sandera sebagai imbalan atas pembebasan ratusan warga Palestina yang ditahan oleh Israel. Gencatan senjata ini dapat mengurangi ketegangan di kawasan dan berpotensi memengaruhi pasar energi secara keseluruhan.

 

KOMENTAR