Harga Minyak Mentah Turun Lebih dari 1%: Senin (21/4/2025)

Sifi Masdi

Monday, 21-04-2025 | 12:25 pm

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]


 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak mentah global mencatat penurunan lebih dari 1% pada awal perdagangan Asia, Senin (21/4/2025), seiring dengan kabar kemajuan dalam perundingan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran. Perkembangan ini meredakan kekhawatiran pasar akan gangguan pasokan minyak dari kawasan Timur Tengah.

 

Mengutip laporan Reuters, harga minyak mentah Brent merosot 78 sen atau 1,15% menjadi US$67,18 per barel pada pukul 22.12 GMT. Sementara itu, minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan 77 sen atau 1,19% ke posisi US$63,91 per barel.

 

Penurunan harga ini dipicu oleh pernyataan Menteri Luar Negeri Iran pada Sabtu (19/4/2025) yang menyebutkan bahwa Iran dan AS telah sepakat untuk mulai menyusun kerangka kerja guna mencapai kesepakatan terkait program nuklir. Seorang pejabat AS turut mengonfirmasi adanya kemajuan signifikan dalam pembicaraan tersebut.

 

Sementara itu, pasar domestik Amerika Serikat turut merasakan tekanan. Berdasarkan laporan Bloomberg, harga minyak mentah di dalam negeri telah jatuh hingga menyentuh level US$60 per barel, yang dianggap sebagai titik kritis bagi profitabilitas para produsen minyak AS.

 


BACA JUGA:

IHSG Dibuka Menguat di Awal Pekan ke Level 6.450,31

Harga Emas Spot Tembus Rekor US$ 3.384: Dampak  Kekhawatiran Perlambatan Ekonomi Global

Harga Minyak Mentah Bergerak Datar di Tengah Ketidakpastian Kebijakan Tarif AS


 

Penurunan jumlah rig pengeboran dalam beberapa pekan terakhir mencerminkan kekhawatiran atas melemahnya permintaan, meskipun Presiden Donald Trump mendorong peningkatan produksi.

 

Bank investasi JPMorgan Chase memperkirakan industri minyak AS akan memangkas sekitar 50 unit rig pengeboran apabila harga WTI bertahan di level US$60 per barel. Lebih jauh lagi, produksi diprediksi akan turun hingga 500.000 barel per hari.

 

Jika harga terus turun hingga menyentuh US$55 per barel, para analis memperkirakan dampaknya akan semakin besar terhadap sektor energi di AS.

 

 


 

KOMENTAR