Nikel Indonesia dan Industri Kendaran bebasis Listrik

Hila Bame

Wednesday, 06-05-2020 | 15:20 pm

MDN

 

Oleh : Wahyu Purnomo Aji, Pendidik, Pemerhati Industri Mobil Berbasis Listrik

Bagian: Kedua dari 3 tulisan

 

Jakarta, Inako

Berbicara tentang nikel maka Indonesia mendapat tempat terhormat sebagai salah satu penghasil bahan galian berunsur kimia metalik  itu di dunia. 

Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki simbol Ni dan nomor atom 28. Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni, nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Wikipedia

 

BACA  JUGA: Kepala BKPM Ungkap Alasan Pemerintah Larang Ekspor Nikel

 

Memasuki  awal tahun 2020 ini para pemangku kebijakan dan pemerintah Republik Indonesia melarang ekspor bijih nikel  bahan mentah oleh beberapa industri penambang yang sedikitnya mencapai 31 perusahaan yang tersebar dalam wilayah Indonesia.

Beleid itu sengaja diambil untuk meningkatkan pendapatan negara dari biji nikel  dan kedua untuk memberi pekerjaan kepada rakyat Indonesia. Harga bahan mentah nikel lebih murah,  jika dibandingkan dengan ekspor berupa bahan jadi.

 

BACA JUGAPosisi Nikel Indonesia diantara Pasar AS dan China

 

 

Hal inilah yang membuat pro dan kontra para industri pertambangan tersebut yang notabene sebagian besar tidak setuju dengan kebijakan tersebut.

Larangan ekspor biji nikel ini diharapkan dapat menjaga cadangan nikel tingkat domestik untuk kebutuhan dalam negeri dan guna meningkatkan mutu kandungan dari biji nikel ke nikel sehingga dapat menggairahkan kinerja smelter nikel yang mulai beroperasi di Indonesia, kebijkan ini tentu saja menuai kontroversi oleh para pelaku usaha.

 

BACA JUGA: Pada 2020 Larangan Eksport Nikel Indonesia Diberlakukan, Stok Gudang Turun

 

Para pengusaha eksportir bijih nikel di Indonesia tentu saja ada yang merasa dirugikan sehingga memicu krisis sosial. Kesempatan inilah yang digunakan untuk mempengaruhi masyarakat kita yang masih primordial dan lugu sehingga mudah dipengaruhi untuk berfikir rasisme.

BACA JUGA:  BPIP: Hari Waisak Teladani Dharma Bahasa Cinta Peduli Sesama

Mengapa Pemerintah melarang eksportir bijih nikel ? karena dinilai kurang efisien dan efektif dikarenakan kandungannya masih rendah serta minim proses & nilai tambah, sebagai contoh dalam 1 ton bahan mentah yang dieksor ternyata hanya 1,6 % saja kandungan nikelnya atau hanya beberapa kilogram nikel yang bisa diambil, hal ini tentu berdampak dalam pengangkutan.

Oleh karena itu semenjak adanya larangan eksport tersebut  Industri di negara kita masih tradisional diharapkan bisa mencukupi pasokan nikel dalam negeri sehingga tidak terjadi defisit.


Kebijakan ini akan menaikkan nilai tambah dan meningkatkan devisa negara dari 600 juta US Dollar menjadi 6 Milyar US Dollar. Sungguh angka yang fantastis karena hal ini tentu saja menguntungkan Indonesia secara luas guna memenuhi hayat hidup orang banyak. 

Harga nikel dunia terus melaju pesat semakin tinggi setelah disokong oleh naiknya ekspetasi permintaan pasar global guna memenuhi komponen baterai pada kendaraan listrik.

BACA JUGA: Menko Luhut: Hyundai akan Investasi Mobil Listrik Sebesar USD 1 Miliar


Tambang nikel adalah sumber utama pembuatan baterai lithium untuk industri otomotif dimasa depan. Jadi isue TKA China tidak menutup kemungkinan adalah permainan asing mengadu domba rakyat Indonesia atau kemungkinan lain beberapa pengusaha eksportir pertambangan nikel yang ikut menjalankan aksi konspirasi tersebut.

Pemerintah bermaksud menarik investor asing yang telah memenuhi syarat baku mutu industri dengan menerapkan teknologi yang maju dan ramah lingkungan, dengan demikian diharapkan para pengusaha industri di China akan merelokasi atau memindahkan industri mereka ke Indonesia. Hal ini tentu saja harus didatangkan juga tenaga ahli dan pekerja yang terlatih dari sana.


Saat ini sedang hangat beritanya tentang penolakan investor Tiongkok oleh sebagian masyarakat kita dengan didatangkan 500 TKA (tenaga ahli) untuk perusahaan dari China pada tambang semelter nikel di wilayah propinsi Sulawesi Tenggara.

BACA  JUGA:  Meghan Markle memainkan 'peran utama' saat pindah ke Los Angeles bersama Harry

Buntut terhambatnya TKA masuk ke Indonesia dikarenakan adanya penolakan maupun penangguhan sementara oleh beberapa tokoh dan sebagian masyarakat mengakibatkan tersendatnya pembangunan fasiltas Smelter itu sendiri yang merupakan fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan nikel hingga mencapai tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku pada produk akhir.

Adanya penolakan TKA masuk ke Indonesia berdampak terhambatnya usaha industri smelter nikel tersebut juga berimbas kepada para tenaga kerja kita juga yang sudah siap kerja serta berdampak kepada perekonomian masyarakat industri itu sendiri, juga mempengaruhi perekonomian nasional karena industri nikel ini penyumbang devisa negara yang nilainya sangat besar.

 

BACA JUGA:    Orang dalam istana bernama Meghan Markle 'Me-Gain' dan 'Di Lite'


Padahal investor asing  itu bagian dari kerjasama pemerintah China dengan Indonesia sebelum Pandemi virus Corona C19 muncul, sebenarnya hal ini akan menjadi wacana dan prospek baik agar tetap berjalannya roda perekonomian Indonesia pada tingkat regional Asia karena investor tersebut juga akan memperkerjakan 11.000 tenaga kerja pribumi (TKI) khususnya dari wilayah lokal sekitar industri tersebut.


Sungguh kesempatan yang baik apabila pada saat krisis ekonomi akibat wabah pandemi virus C19 sekarang ini dimana banyak karyawan yang terkena PHK dan  dirumahkan tetapi masih ada perusahaan yang mampu dan siap beroperasi dengan memperkerjakan banyak orang, imbas baiknya tentu saja hal tersebut akan meningkatkan perekonomian penduduk sekitar tempat usaha dan ini sebenarnya sangat menguntungkan kita semua.

 

BACA  JUGA:  PLN Siapkan Charge Mobil Listrik Dengan Durasi Pengisian 15-45 Menit

 

Semoga penolakan TKA China memang keinginan murni masyarakat sekitar Sulawesi tenggara tanpa tekanan politis mungkin masih bisa dimaklumi karena alasan ketakutan akan pandemi virus C19. Semoga bukan didasarkan pada alasan rasisme dan gerakan anti cina yang jelas menjurus ke rasisme dan intoleransi karena ini bukan budaya luhur bangsa Indonesia.

Yang kita ketahui bersama saat ini pandemi virus Corona C19 di negeri tirai bambu tersebut sudah dapat diantisipasi karena warganya yang disiplin menjalankan protokoler pencegahan pandemi virus tersebut.


Dibalik kasus tersebut apakah Gubernur dan DPRD bisa mencarikan solusi kepada sedikitnya 11 ribu tenaga kerja kita yang juga terdampak mata pencahariannya  ?

 Tidak pernah terbayangkan apabila 11.000 tenaga kerja kita tersebut juga punya keluarga yang harus ditopang dalam kehidupan sehari-hari.


Jangan sampai membuang masalah tetapi mendapatkan masalah yang lebih besar terlebih urusan kemanusiaan apalagi berkaitan dengan hayat hidup dan kepentingan banyak orang juga menyangkut kepentingan nasional.

 

BACA JUGA :    Ini Alasan Mobil Mewah Tinggalkan Pasar Indonesia


Seperti persaingan dalam perdagangan AS dan China berimbas ke negara-negara yang menguntungkan China. Seperti smelter tambang nikel di sulawesi itu bagian dari investasi China, otomatis membawa tenaga kerja China yang cukup banyak. 


Perlu kita ketahui bersama pendapatan AS merosot dengan berkembangnya teknologi dan perekonomian China. 


Nah, Eropa dan AS punya kepentingan. Ingat, sejarah, VOC memakai politik devide et impera dan berhasil menjajah Indonesia selama 350 tahun.

 Sepertinya saat ini juga sedang dihembuskan issue tersebut apalagi pengaruh dan dampak Pilpres masih hangat mengendap dalam pola fikir sebagian besar masyarakat kita.


Sudah kita ketahui bersama kedua negara China dan AS sebagai pemegang ekonomi terbesar itu sudah terlibat perang dagang sejak awal tahun 2018 lalu hingga saat ini. 

Perang Dagang adalah suatu manifestasi di dalam ketegangan, jika hal ini berlangsung tiada henti maka potensi masuk ke stadium perang ekonomi dengan dimensi-dimensi serta resonansinya akan semakin meluas.

BACA JUGA:    Dikenal Memiliki Optimisme Tinggi, 4 Zodiak Ini Pantas Anda Tiru

Kita mengkhawatirkan perang dagang masuk ke stadium perang ekonomi akan sangat potensial terjerumus ke dalam perang politik hingga masuk ke perang sesungguhnya karena negara yang dikalahkan atau dirugikan secara ekonomi tidak akan terima dengan lapang dada dan dengan potensi mesin perang yang mereka miliki sangat mudah terpicu perang sesungguhnya.

Tetapi  mudah-mudahan hal ini tidak terjadi apalagi saat ini hampir di seluruh dunia kita semua mengalami musibah yang sama akibat pandemi virus corona COVID 19.

 

KOMENTAR