Pengangguran Meningkat, Industri Otomotif di Michigan AS Mulai Dibuka 11 Mei

Binsar

Friday, 08-05-2020 | 09:32 am

MDN
Gubernur Michigan, Gretchen Whitmer [ist]

Detroit, Inako

Gubernur Michigan, Gretchen Whitmer, Kamis (7/5) memberikan lampu hijau kepada pabrik-pabrik di negaranya untuk kembali dibuka pada 11 Mei. Hal itu dilakukan menyusul semakin besarnya jumlah pengangguran di Amerika Serikat sebagai dampak dari penutupan pabrik akibat pandemi coronavirus sejak Maret lalu.

Sektor manufaktur di negara industri Midwestern terhenti total e]sejak pandemi corona mulai melanda AS awal Maret lalu.

Sebelumnya, Whitmer menuai protes besar dari warga negara bagian tersebut lantaran menunda pelonggaran atruan jarak sosial di negara itu. Warga menilai, hal itu sangat menghambat aktivitas perakitan komponen kendaraan di Amerika Serikat, yang sebagian besar perusahaannya berada di Detroit Michigan.

Perusaaan otomotif  adalah yang paling terdampak, sehingga produsen kendaraan bermotor yang berbasis di Eropa dan Amerika Serikat turut menutup pabrik-pabrik mereka dan menghentikan produksi. [ist]

 

"Kami belum keluar dari hutan, tetapi ini adalah langkah maju yang penting," kata gubernur asal Partai Demokrat.

Pengumumannya datang dua hari setelah Serikat Pekerja Auto United (UAW) keberatan atas rencana tersebut. UAW sebelumnya bersikeras dengan mengatakan bahwa bulan Mei "terlalu cepat dan terlalu berisiko" untuk memulai kembali manufaktur.

Negara bagian Ohio, yang menjadi pemain kunci dalam industri otomotif, setuju membuka kembali pabrik pada hari Senin dan hal itu mendorong Whitmer memulai kembali aktivitas produksinya.

 

Baca Juga: Industri Otomotif Diprediksi akan Kembali Bergairah di 2020

Baca Juga: Industri Otomotif  Kaji Penggunaan Biodiesel untuk Kendaraan

 

Pada hari Kamis, Gubernur Ohio Mike DeWine, seorang Republikan, mengumumkan bahwa bar, restoran, salon rambut, pangkas rambut, dan bisnis perawatan pribadi lainnya akan diizinkan untuk dibuka akhir bulan ini, tergantung pada batasan jarak sosial.

Alasannya, penutupan bisnis secara luas yang dilakukan beberapa minggu sebelumnya telah memberikan pukulan berat bagi perekonomian Amerika Serikat.

Jutaan warga Amerika kehilangan pekerjaan dalam jumlah yang tidak terlihat sebagaimana pernah terjadi saat AS memgalami resesi hebat tahun 1930-an yang memaksa politisi mencabut pembatasan sosial yang telah ditetapkan.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada hari Kamis, sekitar 33,5 juta pekerja AS mengajukan klaim pertama kali untuk tunjangan pengangguran selama enam minggu terakhir.

Produk domestik bruto Amerika Serikat diperkirakan akan mengalami penurunan tajam akibat pandemi coronavirus yang melanda negara itu.

 

Baca Juga: Trump Kembali Tuduh China Tak Transparan Soal Virus Corona

Baca Juga: Jumlah Kematian Terus Naik, Brasil Pertimbangkan Untuk Melakukan ‘Lockdown’

 

Sektor otomotif AS menyumbang 6% dari PDB AS, di mana lebih dari 835.000 orang Amerika bekerja di bidang ini.

Michigan, negara bagian yang parah terdampak pandemi coronavirus. Pada hari Kamis, Michigan telah mencatatkan lebih dari 45.000 kasus yang dikonfirmasi dan 4.343 kematian akibat COVID-19. Tetapi pejabat negara itu mengatakan tingkat infeksi mulai melambat dalam beberapa hari terakhir.

 

Sejauh ini, lebih dari 75.000 orang Amerika telah meninggal karena COVID-19, dan lebih dari 1,25 juta yang diketahui terinfeksi, sebagaimana dikutip Inakoran.com dari Reuters Jumat (8/5).

Michigan dan Ohio merupakan dua dari puluhan negara bagian di AS yang yang terus berjuang untuk melonggarkan pembatasan sosial guna memberi kesemapatan kepada warga AS untuk kembali memulai aktivtas ekonomi dan bisnis mereka.

Belakangan, Gedung Putih sendiri menjadi fokus perhatian publik setelah beberapa anggota militer AS yang bekerja sebagai pelayan pribadi Presiden Trump, terbukti terinfeksi coronavirus.

Meski demikian, juru bicara Gedung Putih mengatakan bahwa sejauh ini, Presiden Trump dan Wakil Presiden Mike Pence dinyatakan negatif.

KOMENTAR