Perusahaan Ini Rajin Beli Bitcoin di Tengah Anjloknya Pasar Kripto: Apa yang Terjadi?

Jakarta, Inakoran
Di tengah tekanan besar yang melanda pasar kripto akibat pengumuman tarif dagang terbaru dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sejumlah investor justru melihat peluang. Harga Bitcoin (BTC/USD) yang tertekan dianggap sebagai momen "diskon" oleh sebagian kalangan untuk menambah kepemilikan aset digital tersebut.
Salah satu tokoh yang mengambil langkah berani di tengah ketidakpastian adalah Arthur Hayes, salah satu pendiri BitMEX. Lewat unggahan di media sosial yang dikutip oleh Cointelegraph pada Selasa (8/4/2025), Hayes mengaku terus membeli Bitcoin secara bertahap sepanjang hari.
“Saya sudah membeli BTC sedikit demi sedikit sepanjang hari, dan akan terus melanjutkan,” tulisnya.
Hayes juga memperkirakan dominasi Bitcoin di pasar kripto global akan terus menguat. Saat ini, pangsa pasar Bitcoin berada di angka sekitar 60,5%, dan menurutnya akan naik hingga 70% dalam waktu dekat.
Uniknya, di tengah aksi beli tersebut, perusahaan investasi milik Hayes, Maelstrom, dilaporkan sempat menjual Bitcoin pada Desember 2024, ketika harga hampir mencapai rekor tertinggi di kisaran USD 100.000. Hal ini mencerminkan strategi beli saat murah dan jual saat mahal yang disiplin.
BACA JUGA:
Harga Minyak Naik Tipis di Tengah Panasnya Perang Dagang: Selasa (8/4/2025)
Harga Emas Antam Turun Rp 4.000 per Gram: Selasa (8/4/2025)
Aset Kripto Turun Tajam: Imbas Tarif Impor Donald Trump
IHSG Anjlok 9,19% Pasca Lebaran, BEI Aktifkan Trading Halt
Dalam tulisan blog-nya berjudul "Trump Truth", Hayes sebelumnya telah memperkirakan gejolak pasar kripto usai pelantikan Trump pada Januari lalu. Ia memprediksi adanya benturan antara ekspektasi pasar terhadap kebijakan pro-kripto dan realita implementasi yang justru membawa ketidakpastian.
Trader Memilih Menunggu
Sementara itu, kondisi pasar yang tidak menentu membuat banyak trader—baik ritel maupun institusional—memilih untuk menunggu di pinggir lapangan.
“Nasihat untuk terus membeli saat harga turun kini benar-benar menguji mental para hodler,” ujar Petr Kozyakov, Co-Founder dan CEO Mercuryo, sebuah platform infrastruktur pembayaran kripto.
Menurut Kozyakov, banyak pelaku pasar masih berhati-hati, menunggu sinyal stabilisasi sebelum kembali masuk. Namun demikian, ia tetap percaya pada potensi jangka panjang Bitcoin sebagai “emas digital baru.”
“Para trader dengan hati-hati menunggu peluang untuk masuk kembali ke pasar dan menilai apakah ada tanda-tanda pasar terlalu dijual,” tambahnya.
Meskipun banyak pihak optimis terhadap masa depan Bitcoin sebagai aset lindung nilai, suara kritis juga bermunculan dari tokoh penting seperti Jack Dorsey, mantan CEO Twitter.
Dorsey menegaskan bahwa relevansi Bitcoin tidak akan bertahan jika hanya diposisikan sebagai penyimpan nilai. “Jika [Bitcoin] hanya berakhir sebagai penyimpan nilai dan tidak lebih dari itu, saya rasa ia tidak akan menjadi relevan sama sekali,” kata Dorsey.
Menurutnya, Bitcoin harus tetap menjalankan peran utamanya sebagai alat pembayaran. Tanpa fungsionalitas harian, Bitcoin berisiko menjadi aset pasif yang hanya dimanfaatkan dalam kondisi darurat.
“Jika tidak bertransformasi menjadi alat pembayaran dan menemukan kegunaan sehari-hari, Bitcoin akan semakin kehilangan relevansi. Dan menurut saya, itu adalah kegagalan,” ujarnya.
Meski sering dianggap terlalu volatil untuk digunakan sebagai mata uang, data menunjukkan bahwa Bitcoin tetap menjadi alat pembayaran dominan di berbagai platform seperti BitPay sepanjang 2024. Bahkan, beberapa yurisdiksi telah mengadopsinya dalam perdagangan global sebagai alternatif dari mata uang fiat.
Disclaimer:
Harga mata uang kripto dapat berubah sewaktu-waktu. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu mengecek harga terkini sebelum melakukan transaksi. Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca.
KOMENTAR