Pilihan Strategi Akhir GANJAR MAHFUD

Hila Bame

Monday, 22-01-2024 | 10:45 am

MDN

 


 

Oleh. : H. Adlan Daie
Pemerhati politik dan sosial keagamaan.

 

JAKARTA, INAKORAN

Strategi akhir di sisa waktu hingga 14 Pebruari 2024 dalam menjaga asa peluang menang pasangan Ganjar Mahfud harus berhenti "basa basi" politik seolah olah masih berharap dari "berkah" politik Jo kowi dalam pilpres 2024. 

Posisi Jokowi clear dan jelas di belakang pasangan Prabowo Gibran. Gibran putera Jokowi telah memaksa Jokowi harus "cawe cawe" politik  untuk memastikan pasangan Prabowo Gibran menang dalam satu putaran.

Politik "cawe cawe" Jokowi berdampak langsung  satu sisi menaikkan elektoral Prabowo Gibran dan di sisi lain "menggerus" basis elektoral Ganjar Mahfud dibanding basis elektoral pasangan AMIN di mana "gestur" demografis pemilih Jokowi dan Ganjar saling beririsan.

Tapi meskipun trend elektoral pasangan Prabowo Gibran tertinggi (seputar 42% kini mulai "stagnan" sebagaimana dibahas dalam acara "bocor Alus" majalah "Tempo" (14/1/2024) dan hasil update survey lembaga "indikator politik" (periode Januari 2024).

Penyebab "mangkraknya" bukan karena perlawanan dua paslon Ganjar Mahfud atau pasangan AMIN melainkan makin menguatnya gerakan sipil dan massifikasi gerakan mahasiswa "tolak" kecurangan pemilu dan praktek dinasti politik. 

 

Harian "kompas", harian paling berpengaruh dalam dinamika politik nasional selama ini bagian "branding" politik Jokowi mulai berani menurunkan "headline" mengkritik keras Jokowi terkait praktek politik dinasti dan  potensi "kecurangan" massif dalam pilpres 2024

 

Bertarung pada level kekuatan logistik tidak akan berdaya karena yang dihadapi bukan Prabowo Gibran melainkan Oligarkhi politik Jokowi yang berkelindan dengan oligarkhi raksasa ekonomi di belakangnya

Karena itu strategi akhir untuk melapangkan jalan menang minimal masuk putaran kedua:

Pertama "memblokade" basis basis elektoral PDIP sebagai kekuatan penting elektoral Ganjar Mahfud dari "serangan" penetrasi logistik "timses" Prabowo Gibran. Kekuatan "spartan" kader kader PDIP dan daya juangnya di lapangan dapat diandalkan untuk memproteksi basis elektoralnya.

Kedua "penguatan" gerak jaringan "timses" di segmentasi basis keagamaan kultural NU melalui beragam aliansi "relawan" termasuk relawan "SURGA" (Silaturahim Ulama Rakyat Untuk Ganjar) di mana selama ini telah bergerak ke basis basis "terbawah" komunitas kultural NU

Ketiga menarasikan kuat kuat di ruang publik bahaya politik dinasti dan potensi kecurangan bagi proses kehidupan berbangsa dan bernegara untuk "mengunci" trend elektoral Prabowo Gibran 

Data survey "SMRC" hingga Desember 2023  baru 37% populasi pemilih yang "mengetahui" adanya praktek politik dinasti dan potensi "kecurangan pemilu" dan mayoritas dari mereka yang "tahu" tidak akan memilih pasangan Prabowo Gibran. 

Makin banyak pemilih yang "tahu" tentang politik dinasti dan potensi kecurangan pemilu makin luas kemungkinan pemilih tidak memilihnya.

Itulah tiga strategi akhir yang harus dilakukan "timses" Ganjar Mahfud  sisa waktu secara terstruktur, sistemik dan massif (TSM) dalam menjaga peluang menang hingga hari "H" pencoblosan, setidaknya masuk putaran kedua.

Wassalam

 

KOMENTAR