Pilpres sebagai Momen Berbakti pada Tanah Air dengan Mencegah yang Terburuk Berkuasa

Saverianus S. Suhardi

Tuesday, 30-01-2024 | 15:20 pm

MDN
Sejumlah tokoh mengajak masyarakat untuk gunakan hak pilihnya dengan baik [Foto: Inakoran/Aril Suhardi]

 

Jakarta, Inakoran.com

Sejumlah tokoh hadir menjadi pembicara dalam diskusi yang digelar oleh Alumni SMA Top Gan di Jakarta pada Minggu (28/01/2024).

Mereka bersepakat, momentum pemilihan presiden (Pilpres) mesti dimanfaatkan untuk memilih pemimpin yang akan membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.

Budayawan Goenawan Mohammad (GM) menyebut ajang Pilpres sebagai kesempatan bagi setiap warga negara yang  punya hak pilih untuk berkontribusi pada Indonesia.

BACA JUGA: Magnis-Suseno: Jangan Pilih Pemimpin yang akan Mencelakakan Indonesia

Bagi GM, memilih bukan saja hak, melainkan kewajiban untuk berbakti dan berjasa pada tanah air. Setiap orang yang punya hak pilih berkewajiban mencegah yang terburuk berkuasa dengan tidak memilihnya.

“Pemilu itu bukan mencari pemimpin yang sempurna, tetapi mencegah yang terburuk berkuasa. Memilih itu bukan hak saja. Memilih itu kewajiban untuk mencegah yang terburuk menang. Sekali-sekali berjasa pada tanah air,” ujar GM.

Sependapat, Sekretaris Dewan Nasional Setara Instute Benny Susetyo mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya. Jika tidak, itu sama saja memberikan kesempatan kepada yang terburuk dan tidak berkompeten menjadi penguasa.

“Yang waras sekarang wajib pilih. Kalau anda tidak memilih, maka orang yang tidak waras berkuasa,” tegas

Hal yang sama juga disampaikan oleh rohaniwan Franz Magnis-Suseno. Dia tegaskan tidak akan memilih memilih pemimpin yang terburuk. “Saya pegang pada prinsip saya, pokoknya Jangan yang terburuk yang terpilih,” ujarnya.

BACA JUGA: Nyatakan Presiden Boleh Memihak, Jokowi Pengen Selamatkan Gibran dari Sasaran Tembak?

Magnis menyinggung pemimpin yang mengabaikan etika. Menurut dia, etika terkait dengan tanggung jawab terhadap nasib banyak orang dan masa depan bangsa. Tanpa etika, kekuasaan merosot.

“Dan sekarang kita menghadapi situasi, ‘etika ndasmu’. Apakah kita mau dipimpin orang menodai etika? Itu serius. Tanpa etika, kekuasaan merosot,” katanya.

Magnis juga meminta masyarakat untuk tidak malah pemimpin yang berpotensi akan mencelakakan Indonesia.

“Tentu kita juga melihat rekam jejak. Kalau pernah korupsi, masa lampaunya gelap, tangannya pernah berdarah, jangan dipilih. Kita Jangan memilih orang yang hampir dipastikan akan mencelakakan Indonesia,” tegasnya.

Seruan para tokoh ini mesti menjadi amunisi semangat untuk setiap orang agar datang ke tempat pemungutan suara pada 14 Februari mendatang.

Selain gunakan hak pilih, kita wajib berbakti pada negara dengan tidak memilih yang terburuk, yang malah membawa Indonesia ke jurang kehancuran.  

 

KOMENTAR