Proyeksi Kinerja Saham Milik Prajogo Pangestu: Saham Apa yang Bisa Dikoleksi?
Jakarta, Inakoran
Sejumlah analis memperkirakan kinerja saham afiliasi Prajogo Pangestu akan menunjukkan tren penguatan dalam jangka panjang. Saham-saham seperti PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrindo Jaya Kreasi (CUAN), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), dan PT Petrosea Tbk (PTRO) diprediksi tumbuh solid di tengah ekspektasi penurunan suku bunga dan dukungan bagi proyek energi baru terbarukan (EBT).
Dimas Krisna Ramadhani, Equity Analyst dari Indo Premier Sekuritas, mengungkapkan bahwa saham emiten afiliasi Prajogo Pangestu cenderung memiliki valuasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Valuasi saham ini telah menunjukkan pola yang konsisten, di mana historikalnya selalu lebih premium dari tahun ke tahun.
Namun, meskipun valuasi ini tergolong mahal, ekspektasi investor tetap tinggi, terutama didorong oleh proyek-proyek EBT dan peluang yang muncul dari tren suku bunga rendah.
Saham seperti CUAN dan BREN disebut memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan, sementara PTRO juga dinilai memiliki potensi serupa, meskipun saat ini rawan terjadi aksi ambil untung (profit taking) karena lonjakan kinerjanya yang mencapai 90% dalam dua bulan terakhir dan 201% sejak awal tahun.
Di sisi lain, PT Kiwoom Sekuritas Indonesia menyoroti potensi besar yang dimiliki oleh BRPT melalui anak usahanya, TPIA. Vinko Satrio Pekerti, perwakilan dari PT Kiwoom Sekuritas, menyatakan bahwa permintaan produk petrokimia di tengah suku bunga rendah akan menjadi katalis positif bagi pendapatan TPIA.
BACA JUGA:
Harga Minyak Kembali Naik: Konflik Israel-Hizbullah Memanaskan Pasar
Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis, 24 Oktober 2024
BREN Habiskan Dana IPO Sebesar Rp 3.08 Triliun
Saham Milik Prajogo Pangestu dan Boy Thohir Jadi Incaran Asing
Selain itu, rencana TPIA untuk mengakuisisi 80% saham Shell diperkirakan akan meningkatkan pendapatan perusahaan hingga enam kali lipat. Ini menjadi sinyal positif bagi para investor yang mencari potensi pertumbuhan tinggi dalam industri petrokimia.
Sementara itu, BREN menjadi sorotan karena perannya dalam transisi energi global. Meskipun valuasi saham BREN dinilai premium dengan rasio Price-to-Earnings Ratio (PER) 535,10 kali dan Price-to-Book Ratio (PBV) 127,93 kali, jauh di atas rata-rata industri, saham ini tetap menarik. Vinko menekankan bahwa valuasi tinggi ini wajar, mengingat karakteristik bisnis BREN yang ramah lingkungan serta prospek pertumbuhannya di masa depan.
Kiwoom Sekuritas juga menilai BREN berada di area overbought, yang menandakan adanya potensi koreksi harga yang terbatas. Area support berada di kisaran Rp7.100 hingga Rp7.350, menjadikannya peluang bagi investor untuk membeli saham di titik kelemahan (buy on weakness), dengan target harga di kisaran Rp8.075 hingga Rp8.200.
Salah satu faktor eksternal yang menarik perhatian adalah langkah Blackrock, salah satu manajer investasi terbesar di dunia, yang menambah kepemilikan sahamnya di BREN.
Pada awal Oktober 2024, setelah sempat menjual sebagian sahamnya pada periode Juli hingga September 2024, Blackrock membeli kembali 29,33 juta lembar saham BREN. Pada 10 Oktober 2024, Blackrock tercatat menggenggam 71,12 juta lembar saham BREN, yang kemudian meningkat menjadi 100,46 juta lembar pada 18 Oktober 2024.
Langkah ini mencerminkan keyakinan Blackrock terhadap prospek jangka panjang BREN di tengah tren global menuju energi terbarukan, yang terus menjadi fokus utama bagi investor yang peduli terhadap isu lingkungan dan keberlanjutan.
,
KOMENTAR