Rekomendasi 8 Saham Blue Chip Usai Rilis Laporan Keuangan Semester I-2024
Jakarta, Inakoran
Sekitar 120 emiten telah merilis kinerja keuangan semester I-2024. Dari jumlah tersebut, ada 8 emiten dalam indeks saham blue chip LQ45 telah melaporkan kinerjanya, dengan hasil yang bervariasi. Berikut adalah beberapa sorotan dari laporan tersebut:
1. PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). AMMN mencatat pendatapan US$ 1,54 miliar (naik 166,76% YoY) sementara labar bersih mencapai US$ 475,25 juta (melonjak 300% YoY).
2. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO). SIDO mengalami kenaikan pendapatan sebesar 14,54% (YoY) menjadi Rp 1,89 triliun, sementara laba bersihnya tumbuh 35,79% (YoY) menjadi Rp 608,49 miliar.
3. PT Essa Industries Indonesia Tbk (ESSA). ESSA meraih laba bersih US$ 20,59 juta atau melonjak 418,63%. Tapi, peningkatan keuntungan ini terjadi ketika pendapatan ESSA menyusut 9,85% (YoY) menjadi US$ 151,61 juta.
4. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). PGEO mengalami penurunan pendapat sebesar tipis 1,43% (YoY) menjadi US$ 203,76 juta. Tetapi PGEO masih masih mampu mendongkrak laba bersih sebanyak 3,77% (YoY) menjadi US$ 96,27 juta.
BACA JUGA:
Rekomendasi Saham Pilihan: Senin, 29 Juli 2024
Hutang Negara Dalam Tiga Tahun ke Depan
Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO) mencatatkan laba bersih sebesar 218 miliar rupiah
5. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Penjualan bersih UNVR merosot 6,16% (YoY) menjadi Rp 19,04 triliun, sedangkan laba UNVR melorot 10,8% (YoY) menjadi Rp 2,46 triliun.
6. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). AKRA mengalami penurunan laba bersih 2,71% menjadi Rp 1 triliun ketika pendapatan turun 6% jadi Rp 18,65 triliun. Namun AKRA memberikan pemanis berupa dividen interim sebesar Rp 986,85 miliar atau Rp 50 per saham.
7. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). BBCA mengalami kenaikan laba bersih sebesar 11,06% (YoY) menjadi Rp 26,87 triliun.
8. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). BBRI mencatat labar bersih tumbuh 0,95% (YoY) menjadi Rp 29,70 triliun pada semester I-2024.
Analis Para Ahli
Ratih Mustikoningsih dari Ajaib Sekuritas menilai variasi kinerja emiten wajar karena setiap emiten memiliki respons dan risiko bawaan yang berbeda. Misalnya, perbedaan kinerja antara BBCA dan BBRI dipengaruhi oleh segmen kredit yang berbeda. BBRI fokus pada UMKM, sementara BBCA lebih banyak memberikan kredit kepada korporasi, yang mempengaruhi kualitas aset dan profitabilitas.
Sementara Fath Aliansyah dari Lotus Andalan Sekuritas mengakui bahwa saat ini pelaku pasar akan mencermati rilis kinerja ini untuk dua tujuan: memperbaiki kinerja dibanding kuartal pertama dan mengukur realisasi kinerja dengan target manajemen tahun ini.
Dampak ke IHSG
William Hartanto, pengamat pasar modal, menilai bahwa rilis kinerja semester I-2024 sesuai ekspektasi. Namun, dampaknya terhadap IHSG diperkirakan tidak signifikan karena faktor eksternal seperti pemilu AS dan penantian pemangkasan suku bunga juga mempengaruhi arah pasar saham. IHSG diperkirakan akan bergerak dalam rentang support 7.200 dan resistance 7.354 sampai akhir Juli.
Fath Aliansyah memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang 7.300 - 7.400, dengan potensi menyentuh level all-time high jika inflow dari investor asing kuat. Ia menyarankan untuk fokus pada saham emiten dengan perbaikan kinerja atau pertumbuhan konsisten, serta sektor yang diuntungkan dari pemangkasan suku bunga seperti properti dan teknologi.
Wisnu Prambudi Wibowo dari FAC Sekuritas Indonesia juga melihat prospek saham emiten kelapa sawit (CPO) menarik. Menurutnya, IHSG berpotensi mencapai level 7.600 - 7.800 pada akhir tahun 2024, sementara dalam jangka pendek, IHSG diperkirakan bergerak mixed dengan support 7.170 dan resistance 7.380.
KOMENTAR