Saham Perbankan RI Langsung Ambruk Pasca The Fed Batalkan Turunkan Suku Bunga

Sifi Masdi

Thursday, 02-05-2024 | 12:39 pm

MDN
Pergerakan Saham Bank Mandiri (BMRI) dalam perdagangan Kamis (2/5/2024) [inakoran]

 

 

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Keputusan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) untuk membatalkan penurunan suku bunga telah mempengaruhi pasar saham Indonesia. Pada sesi perdagangan hari ini, Kamis, 2 Mei 2024, saham sejumlah bank raksasa di Indonesia langsung berjatuhan.

 

Pada pukul 10:17 WIB, dari lima saham bank raksasa, empat diantaranya sudah ambruk lebih dari 2%. Bahkan dua diantaranya ambruk berkisar 4% hingga 8% lebih. Sedangkan satu saham terkoreksi kurang dari 1%.

 

BACA JUGA:  Rupiah Menguat Tipis: Berada di Posisi Rp 16.219/US$

 

Saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang paling parah koreksinya pada sesi I hari ini, yakni ambruk 8,7% ke posisi Rp 6.300/unit. Saham PT Bank BRI (BBRI) turun 4,05% ke posisi Rp 4.700, dan saham Bank BNI (BBNI) turun 6,29% ke posisi Rp 4.920. Sedangkan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling kecil koreksinya yakni melemah 1,02% menjadi Rp 9,700/unit.

 

Meski saham perbankan raksasa kembali merana, beberapa bank raksasa masih mencatatkan kinerja yang positif di kuartal pertama 2024. Sebagai contoh BMRI, di mana laba bersihnya pada kuartal I-2024 tumbuh 1,13% menjadi Rp 12,7 triliun secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan BBRI membukukan laba bersih periode berjalan Rp15,98 triliun, tumbuh 2,69% secara tahunan (yoy) pada kuartal I-2024, dari setahun sebelumnya sebesar Rp15,56 triliun.

 

Amblesnya kembali saham perbankan raksasa pada hari ini disinyalir terjadi karena investor cenderung merespons negatif dari keputusan The Fed yang mengindikasikan belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Mereka juga mengindikasikan bahwa pemangkasan suku bunga bisa saja tidak terjadi tahun ini. Namun, mereka juga telah menegaskan bahwa kenaikan suku bunga tidak akan kembali dilakukan pada tahun ini.

 

BACA JUGA: Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini: Kamis, 1 Mei 2024

 

The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, dan Mei 2024.

 

“Inflasi sudah melandai dalam setahun terakhir tetapi tetap tinggi. Dalam beberapa bulan terakhir, hanya ada sedikit kemajuan dalam pergerakan inflasi menuju target sasaran 2%,” tulis The Fed dalam pernyataan resminya.

 

 

 

 

Di lain sisi, saham perbankan juga cenderung masih terbebani oleh sentimen kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI). Ketika suku bunga naik, maka simpanan tabungan dan deposito juga akan meningkat karena imbal hasil yang lebih menarik. Hal ini menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat yang memilih investasi yang konservatif seperti instrumen deposito.

 

BACA JUGA:  BRI Akan Buyback, Beri Sinyal Positif ke Investor

 

Namun, sektor perbankan juga dapat berdampak negatif terhadap kenaikan suku bunga. Ketika suku bunga naik maka bunga pinjaman akan terseret naik. Hal ini dapat berdampak pada daya pinjam masyarakat yang turun atau resiko turunnya pertumbuhan kredit perbankan ketika suku bunga naik.

 

Selain itu, ketika suku bunga naik biasanya harga barang-barang kebutuhan dan lainnya akan meningkat. Jika banyak debitur yang mengalami kesulitan bayar karena tingginya harga barang-barang kebutuhan, hal ini dapat berdampak pada kredit macet. Jika jumlah kredit macet meningkat maka berarti Non Performing Loan (NPL) perbankan juga akan meningkat. Hal ini akan berdampak buruk terhadap cadangan modal bank dan mengganggu operasional perbankan.

KOMENTAR