Coronovirus Jadi Penyebab Utama Korporasi di Asia Alami Gagal Bayar

Sifi Masdi

Friday, 27-03-2020 | 08:05 am

MDN
Ilustrasi [ist]

Jakarta, Inako

Coronavirus tidak hanya berdampak pada berjatuhan korban manusia di seantoro dunia setiap hari, tetapi juga memporak-porandaikan kehidupan ekonomi. Banyak korporasi, terutam di Asia, tidak mampu lagi membayar utang yang sudah jatuh tempo. Utang kredit yang semakin menumpuk memicu perusahaan tidak  berdaya untuk mengembang bisnisnya.

Laporan yang dilansir  Bloomberg, Jumat (27/3/2020), wabah virus corona menjadi pemicu utama peningkatan risiko gagal bayar utang. Pandemi ini memaksa perusahaan-perusahaan mengurangi kredit untuk menjaga kinerja keuangan dan menimbulkan kepanikan di tengah para investor.

Simak video Inatv dan jangan lupa klik "subscribe and like" menuju Indonesia maju.

 

Ketidakmampuan perusahaan di satu sisi  untuk mengaju di bank  dalam rangka pengembangan usaha, dan di sisi lain ketidaberdayaan korporasai untuk mengicil utang yang jatuh tempo mendorong investor beramai-ramai melego obligasi yang diterbitkan perusahaahn. Padahal obligasi merupakan andalan perusahaan menjadi salah satu sarana pembiayaan perusahaan. Sekerdar contoh, data dari Institute of International Finance menyebutkan, hingga Februari 2020, para investor telah menarik dana sebesar US$ 34 miliar dari dana obligasi korporasi.

Meskipun pasar obligasi domestik di Asia terbilang kuat dan didukung oleh sistem perbankan yang sehat, sektor korporasi di Asia dinilai masih rentan goyah. Mata uang di Indonesia, Thailand, dan Singapura hingga saat ini telah terkontraksi 7 persen terhadap dolar AS pada tahun ini.

Hal tersebut menimbulkan risiko yang kian besar terhadap perusahaan di Indonesia. Nilai mata uang Rupiah menjadi yang terlemah di Asia karena anjlok hingga 15 persen dan kondisi pasar obligasinya tidak sekuat negara di kawasan tersebut.

Sementara itu, China menjadi negara terbesar yang dibayangi oleh potensi krisis ini. Kepala Ekonom Asia Pasifik dari Natixis SA Alicia Garcia Hererro mengatakan, China memiliki 25 persen dari total utang korporasi dunia. Bahkan, 40 persen dari utang yang paling berisiko saat ini dimiliki oleh perusahaan-perusahaan China.
 

KOMENTAR