Goldman Sachs Perkirakan Harga Minyak Terus Turun Hingga 2026: Apa Penyebabnya?

Sifi Masdi

Tuesday, 15-04-2025 | 12:14 pm

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Goldman Sachs memproyeksikan harga minyak dunia akan terus mengalami penurunan hingga akhir 2025 bahkan berlanjut ke 2026. Prediksi ini didasarkan pada kombinasi berbagai faktor, mulai dari melemahnya permintaan global akibat risiko resesi hingga meningkatnya pasokan dari negara-negara anggota OPEC+.

 

Mengutip laporan Reuters pada Senin (14/4/2025), Goldman Sachs memperkirakan harga rata-rata minyak Brent akan turun menjadi US$63 per barel pada sisa 2025, sementara minyak WTI diperkirakan berada di level US$59 per barel. Tren penurunan ini diperkirakan akan berlanjut ke 2026, dengan proyeksi harga Brent sebesar US$58 dan WTI sebesar US$55 per barel.

 

Goldman Sachs menilai permintaan minyak dunia akan tumbuh sangat lambat, yakni hanya sekitar 300.000 barel per hari (bpd) antara akhir 2024 hingga akhir 2025. Hal ini disebabkan oleh prospek pertumbuhan ekonomi global yang lemah serta meningkatnya ketegangan perdagangan internasional, terutama antara Amerika Serikat dan China.

 


BACA JUGA:

Harga Minyak Menguat Tipis di Tengah Negosiasi Nuklir Iran

Investor Diingatkan Nasihat Klasik Warren Buffett Saat Harga Emas Naik Daun

Harga Emas Melemah Usai Trump Longgarkan Tarif Impor Barang Elektronik dari China

IHSG Dibuka Menguat 1,15% ke Level 6.441,64


 

Bahkan, bank investasi asal AS ini telah memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan global untuk kuartal IV/2026 sebesar 900.000 bpd sejak Maret lalu. Penyebab utama penurunan tersebut adalah eskalasi perang dagang, di mana Beijing baru saja menaikkan tarif atas produk impor dari AS hingga 125%. Kebijakan ini merupakan balasan terhadap langkah Presiden Donald Trump yang kembali menaikkan bea masuk barang-barang asal China.

 

Selain lemahnya permintaan, faktor pasokan juga memperburuk prospek harga minyak. Goldman Sachs memperkirakan pasar akan mengalami surplus besar, yakni sekitar 800.000 bpd pada 2025 dan meningkat menjadi 1,4 juta bpd pada 2026. Surplus ini diperkirakan akan menambah tekanan penurunan harga, meskipun pasar saat ini sudah memperhitungkan adanya peningkatan stok.

 

Dalam skenario ekstrem, seperti terjadinya perlambatan ekonomi global atau pembalikan penuh atas kebijakan pemotongan produksi sukarela sebesar 2,2 juta bpd oleh OPEC+, harga minyak Brent bahkan bisa jatuh ke kisaran US$40 per barel pada 2026. Dalam skenario terburuk, harga bisa turun lebih rendah dari itu.

 

Goldman Sachs juga menurunkan proyeksi pasokan minyak serpih (shale oil) dari Amerika Serikat untuk kuartal IV/2026 sebesar 500.000 bpd. Meski demikian, pengurangan ini belum cukup untuk menyeimbangkan pasar di tengah tingginya pasokan global.

 

Saat ini, harga minyak mentah Brent berada di kisaran US$64,72 per barel, sementara minyak mentah WTI diperdagangkan pada level US$61,44 per barel. Ini menunjukkan tren penurunan yang sudah mulai terlihat dan kemungkinan besar akan berlanjut sesuai prediksi Goldman Sachs.

 

 


 

 

KOMENTAR