Investor Diingatkan Nasihat Klasik Warren Buffett Saat Harga Emas Naik Daun

Jakarta, Inakoran
Harga emas tengah mengalami lonjakan yang signifikan, menarik perhatian banyak investor. Namun, para ahli keuangan mengingatkan agar investor tidak terburu-buru mengejar keuntungan jangka pendek dari logam mulia ini. Di tengah euforia pasar, nasihat legendaris dari Warren Buffett kembali relevan: "Takutlah saat orang lain tamak, dan tamaklah saat orang lain takut."
Lee Baker, seorang perencana keuangan bersertifikat dan presiden Claris Financial Advisors di Atlanta, mengaku bahwa minat klien terhadap emas meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir. “Tahun lalu, saya hampir tidak pernah menerima pertanyaan tentang emas. Sekarang, saya mendapatkannya secara rutin,” ujarnya, yang juga merupakan anggota Dewan Penasihat CNBC.
Menurut Baker, ketertarikan berlebihan terhadap emas dapat membuat investor terjebak dalam kesalahan umum: membeli saat harga tinggi dan menjual saat harga rendah. Ia menegaskan bahwa dalam portofolio yang terdiversifikasi, alokasi emas sebaiknya tidak melebihi 3%.
“Jika ingin meraih keuntungan dari emas, Anda harus bisa membeli dan menjualnya pada waktu yang tepat. Dan jika baru masuk sekarang, bisa jadi Anda sedang membeli di harga puncak — yang tentu berisiko,” jelasnya.
BACA JUGA:
Harga Emas Melemah Usai Trump Longgarkan Tarif Impor Barang Elektronik dari China
Untung-Rugi Investasi Emas di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Harga Minyak Menguat Tipis di Tengah Negosiasi Nuklir Iran
IHSG Dibuka Menguat 1,15% ke Level 6.441,64
Pemicu Harga Emas Melambung
Kenaikan harga emas saat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sameer Samana, Kepala Strategi Pasar Global dan Aset Riil di Wells Fargo Investment Institute, menjelaskan bahwa emas kerap dianggap sebagai aset aman saat terjadi ketidakpastian. “Dan saat ini, kondisi global memang sedang tidak pasti,” katanya.
Namun, Samana juga menegaskan bahwa dalam krisis yang sesungguhnya, obligasi justru cenderung lebih andal sebagai pelindung nilai. Ia menambahkan bahwa meskipun emas sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, data historis tidak selalu mendukung klaim tersebut.
Salah satu pemicu utama kenaikan harga emas dalam beberapa tahun terakhir adalah sanksi ekonomi Amerika Serikat terhadap Rusia sejak 2022. Dampak dari sanksi ini, menurut Samana, mendorong beberapa bank sentral — terutama di Tiongkok — untuk lebih memilih emas dibandingkan obligasi Treasury AS. Hal ini dilakukan guna mengurangi risiko terhadap aset berdenominasi dolar AS di tengah ketegangan geopolitik global.
Kondisi tersebut meningkatkan permintaan emas secara signifikan, yang turut mendongkrak harganya dibandingkan tahun lalu.
Jangan Terjebak Euforia
Meskipun harga emas terus naik, para ahli menyarankan investor untuk bersikap hati-hati. Samana mengingatkan, “Jangan kejar imbal hasil emas. Mungkin lebih bijak untuk mempertahankan kepemilikan di level saat ini, tanpa menambah porsi secara agresif.”
Baker pun menutup dengan peringatan bahwa tidak ada alasan kuat untuk percaya bahwa tren kenaikan emas akan terus berlanjut, kecuali terjadi krisis besar yang berkepanjangan. “Dan saya tentu berharap itu tidak terjadi,” tuturnya.
Disclaimer:
Harga emas dapat berubah sewaktu-waktu. Pastikan untuk selalu mengecek harga terkini sebelum melakukan transaksi.
KOMENTAR