Harga Minyak Dunia Kembali Mendidih di Tengah Konflik  Israel-Iran

Sifi Masdi

Friday, 04-10-2024 | 13:32 pm

MDN
Kilang minyak Iran yang akan menjadi target serangan Israel [ist]


 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia kembali melonjak pada Kamis, 3 Oktober 2024, di tengah meningkatnya kekhawatiran akan eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran. Konflik ini diperkirakan dapat mengancam pasokan minyak mentah global, sehingga menambah ketidakpastian di pasar energi.

 

Mengutip Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup naik sebesar US$3,72 atau 5,03%, menjadi US$77,62 per barel. Di sisi lain, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami kenaikan serupa, naik US$3,61 atau 5,15%, menjadi US$73,71 per barel.

 

Pada perdagangan intraday, harga Brent sempat mencapai level tertinggi di US$77,89 per barel, sementara WTI menyentuh titik US$73,97 per barel. Ini merupakan level tertinggi yang dicapai dalam sebulan terakhir, yang mengindikasikan kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan minyak di tengah eskalasi konflik yang semakin memanas.

 

Kekhawatiran pasar ini terutama dipicu oleh kemungkinan Israel menargetkan infrastruktur minyak Iran, yang akan memicu respons balasan dari Teheran. Sejumlah analis memperingatkan bahwa jika konflik ini berlanjut, dunia mungkin menghadapi risiko gangguan besar dalam aliran minyak global.


 


 

BACA JUGA:

Rekomendasi dan Arah Pergerakan Saham: 4 Oktober 2024

Harga Minyak  Dunia Melambung Usai  Iran Serang Israel

Harga Minyak Dunia  Tetap Stabil di Tengah Konflik Timur Tengah

Harga Minyak Dunia Anjlok Setelah Arab Saudi Abaikan Target Harga US$100 Per Barel

 


 

Ketika ditanya terkait potensi serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran, Presiden AS Joe Biden mengonfirmasi bahwa diskusi mengenai hal ini sedang berlangsung. "Kami sedang membahas hal itu," ujarnya, namun menambahkan, "Tidak akan ada yang terjadi hari ini."

 

Pentagon juga menyatakan telah melakukan diskusi dengan Israel terkait kemungkinan respons terhadap serangan rudal Iran, meskipun belum ada rincian lebih lanjut mengenai tindakan konkret yang akan diambil.

 

 

 

 

 

Iran, sebagai salah satu produsen minyak utama dunia dan anggota OPEC, menghasilkan sekitar 3,2 juta barel per hari atau 3% dari total produksi global. Serangan terhadap infrastruktur minyak Iran diperkirakan akan memberikan dampak besar terhadap pasokan minyak global.

 

Menurut Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, jika hal ini terjadi, pasar minyak akan menghadapi ujian besar terkait ketahanannya dalam menghadapi gangguan pasokan.

 

Ketegangan yang terus meningkat di Timur Tengah membawa kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak global, terutama di sekitar Selat Hormuz, jalur strategis yang dilalui oleh seperlima dari pasokan minyak dunia setiap harinya.

 

Ashley Kelty, analis di Panmure Gordon, menyatakan bahwa ada potensi Iran untuk memblokir Selat Hormuz atau menyerang infrastruktur minyak di Arab Saudi, seperti yang pernah terjadi pada tahun 2019. Hal ini dapat menyebabkan guncangan besar pada pasar minyak global.

 

Beberapa analis memperkirakan bahwa harga minyak dapat melonjak lebih tinggi jika konflik terus bereskalasi. Alex Hodes, analis di StoneX, menyatakan dalam sebuah catatan bahwa harga minyak untuk kuartal keempat 2024 awalnya diperkirakan berada di sekitar US$75 per barel, namun jika serangan terjadi, harga bisa mencapai US$78 hingga US$80 per barel.

 

Sementara itu, upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan terus dilakukan. Para menteri dari negara-negara Arab Teluk dan Iran menghadiri pertemuan di Qatar bersama beberapa negara Asia untuk membahas cara mengurangi eskalasi antara Israel dan Iran. Negara-negara Teluk berusaha menjaga posisi netral mereka dalam konflik ini, khawatir akan dampaknya terhadap keamanan dan infrastruktur minyak di kawasan mereka.

 

Namun, konflik di lapangan terus memanas. Pada Kamis, militer Israel menyerukan kepada penduduk di lebih dari 20 kota di Lebanon selatan untuk mengungsi, menyusul serangan yang menargetkan posisi Hezbollah di pinggiran Beirut.

 

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Iran akan membayar mahal atas serangan rudal yang dilancarkan terhadap Israel sebelumnya. Di pihak lain, Teheran memperingatkan bahwa setiap tindakan balasan dari Israel akan dihadapi dengan "kehancuran besar."

 

Meskipun kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan meningkat, pasar minyak masih sedikit mereda berkat tingginya kapasitas cadangan OPEC dan persediaan minyak mentah AS. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik 3,9 juta barel menjadi 417 juta barel pada pekan yang berakhir 27 September. Kenaikan ini mengejutkan para analis yang sebelumnya memperkirakan penurunan sebesar 1,3 juta barel.

 

Analis dari ANZ mencatat bahwa pasokan minyak global sejauh ini masih cukup kuat untuk menahan dampak dari gangguan sementara. OPEC juga diperkirakan memiliki kapasitas cadangan yang cukup untuk mengimbangi potensi penurunan pasokan minyak Iran, meskipun situasi di lapangan terus berkembang.

 

 

 

KOMENTAR