Harga Minyak Melonjak 2,8%: Dampak  Konflik Israel-Iran

Sifi Masdi

Monday, 16-06-2025 | 11:47 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak Iran [ist]


 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak mentah dunia kembali melonjak tajam di awal pekan ini, didorong oleh eskalasi konflik antara Israel dan Iran yang memicu kekhawatiran serius akan gangguan suplai minyak dari kawasan Timur Tengah—wilayah yang selama ini menjadi nadi energi global.

 

Mengutip data dari Bloomberg pada Senin (16/6/2025), harga minyak Brent untuk kontrak pengiriman Agustus tercatat naik 2,8% ke level US$76,29 per barel pada pukul 05.30 WIB. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli ikut menguat 2,7% ke US$74,95 per barel. Kenaikan ini terjadi setelah akhir pekan lalu harga sempat melonjak lebih dari 7%, menyusul gejolak militer terbaru.

 

Lonjakan harga dipicu serangan udara Israel yang menghantam ladang gas South Pars di Iran—salah satu fasilitas energi terbesar di dunia. Akibat serangan ini, salah satu platform produksi utama terpaksa dihentikan operasinya. Serangan ini datang tak lama setelah Israel menggempur fasilitas nuklir dan markas militer strategis Iran, memperparah ketegangan yang sudah tinggi.

 

Meningkatnya eskalasi ini mengguncang pasar keuangan global. Harga minyak sempat melesat lebih dari 13% pada perdagangan Jumat lalu sebelum sedikit terkoreksi. Ketidakpastian geopolitik juga mendorong investor beralih ke aset safe haven seperti emas.

 


BACA JUGA:

IHSG Menguat 0,23% di  Awal Pekan

Harga Emas Antam Naik Rp 8.000 per Gram di Awal Pekan

Harga Minyak Dunia Melambung: Dampak Serangan Israel ke Iran


 

Sebagai buntut dari konflik, Iran memutuskan membatalkan pertemuan penting terkait pembicaraan nuklir dengan Amerika Serikat yang semestinya digelar di Oman, Minggu (15/6). Langkah ini memperlihatkan betapa panasnya situasi dan kecilnya peluang meredakan ketegangan dalam waktu dekat.

 

Fokus dunia kini tertuju pada Selat Hormuz, jalur pengiriman minyak paling vital yang mengalirkan sekitar 20% pasokan minyak global. Kekhawatiran terbesar muncul jika Iran memutuskan untuk menghalangi jalur ini—sebuah tindakan yang berpotensi memicu lonjakan harga minyak secara drastis dan memperparah krisis energi global.

 

Indikator pasar jangka panjang menunjukkan kekhawatiran yang semakin nyata. Selisih harga antara dua kontrak Brent terdekat untuk Desember 2025 melebar tajam, dari US$1,29 menjadi US$3,48 per barel. Kesenjangan ini menandakan ekspektasi pasar terhadap potensi gangguan pasokan dan konflik berkepanjangan.

 

Pasar derivatif juga ikut bereaksi keras. Volume transaksi di pasar opsi melonjak, didominasi oleh aksi beli (bullish call) yang mencerminkan antisipasi pasar terhadap kenaikan harga lebih lanjut. Volatilitas yang tinggi ini mencerminkan betapa besar ketidakpastian yang dihadapi investor saat ini.

 

 

 

 

KOMENTAR