Kendala Pembayaran Antara Rusia dan China Meningkat di Tengah Ancaman Sanksi Barat

Sifi Masdi

Friday, 30-08-2024 | 12:58 pm

MDN
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping [ist]


 

 

Jakarta, Inakoran

Sejumlah perusahaan Rusia mengalami peningkatan kendala dalam proses pembayaran dengan mitra dagang mereka di China, pada bulan Agustus 2024. Kondisi ini, seperti yang dilaporkan Reuters, Jumat (30/8/2024), menyebabkan transaksi bernilai puluhan miliar yuan menjadi tidak menentu.

 

Diketahui bahwa dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah perusahaan Rusia telah melaporkan penundaan yang signifikan dalam transaksi keuangan setelah bank-bank China memperketat aturan kepatuhan mereka. Langkah ini diambil sebagai respons atas ancaman sanksi sekunder dari Barat yang diberlakukan terhadap institusi yang masih berurusan dengan Rusia. Sumber yang dekat dengan pemerintah Rusia mengungkapkan bahwa situasi ini semakin memburuk pada bulan Agustus.

 

Bank-bank negara China diketahui telah menutup transaksi dengan Rusia secara massal, menyebabkan miliaran yuan tertahan dalam proses pembayaran. Langkah ini diambil untuk menghindari risiko sanksi yang dapat mengganggu operasional mereka di pasar internasional, khususnya di Amerika Serikat dan Eropa.

 

Solusi Alternatif

Seiring dengan meningkatnya hambatan pembayaran, beberapa perusahaan Rusia berupaya mencari solusi alternatif. Salah satu metode yang berhasil adalah dengan membeli emas, memindahkannya ke Hong Kong, menjualnya di sana, dan kemudian menyetorkan uang tunai ke rekening bank lokal. Namun, solusi ini memakan waktu hingga tiga minggu, yang mengakibatkan penurunan volume perdagangan secara drastis selama periode tersebut.

 

Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa bisnis Rusia telah menggunakan perantara di negara ketiga untuk memproses transaksi mereka, guna menghindari pemeriksaan kepatuhan ketat yang diberlakukan oleh bank-bank China. Namun, solusi ini tidak datang tanpa biaya; biaya pemrosesan transaksi dilaporkan meningkat hingga 6% dari total pembayaran, yang sebelumnya hampir tidak ada biaya tambahan.

 


 

BACA JUGA:

Rupiah Melemah Tipis: Dibuka di Posisi Rp15.470/USD

Rekomendasi Saham Pilihan: Jumat, 30 Agustus 2024

The Fed Beri Sinyal Turunkan Suku Bunga:Wall Street Melonjak Hijau

 


 

Tantangan yang Dihadapi

Perusahaan kecil yang bergantung pada perdagangan barang konsumsi dari China mengalami kesulitan besar akibat situasi ini. Beberapa bahkan menghadapi ancaman penutupan total karena tidak mampu menanggung biaya tambahan yang timbul. Namun, situasi ini tampaknya tidak terlalu mempengaruhi perusahaan besar yang berfokus pada ekspor komoditas vital seperti minyak dan gas, yang transaksinya masih berjalan lancar.

 

Pihak Kremlin mengakui adanya kendala ini, namun tetap optimis bahwa solusi akan ditemukan melalui kerja sama bilateral yang erat dengan China. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, seperti dikutip Reuters,  menyatakan bahwa meskipun tantangan ini tidak dapat dihindari dalam situasi yang sulit, semangat kemitraan sejati antara kedua negara akan memungkinkan penyelesaian masalah secara konstruktif.

 

 

 

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa perdagangan antara Rusia dan China tetap sesuai dengan aturan WTO dan prinsip pasar. China juga menentang sanksi sepihak yang dianggap ilegal dan berjanji untuk melindungi hak dan kepentingan sah mereka.

 

Meskipun menghadapi tantangan dalam hal pembayaran, perdagangan bilateral antara Rusia dan China terus menunjukkan pertumbuhan. Pada paruh pertama tahun 2024, perdagangan kedua negara tumbuh sebesar 1,6% mencapai $137 miliar, meskipun impor Rusia dari China sedikit menurun akibat masalah pembayaran.

 

Namun, para ahli memperingatkan bahwa masalah pembayaran ini bisa memperburuk tantangan yang dihadapi sektor industri Rusia, terutama karena ketergantungan besar pada China sebagai pemasok utama peralatan industri.

 

Kirill Babaev, kepala Institut Tiongkok di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, menekankan bahwa sampai masalah pembayaran ini diselesaikan, Rusia tidak bisa mengharapkan arus investasi yang signifikan dari China. Sementara itu, para pejabat Rusia mengakui bahwa bank-bank di China dan India sangat bergantung pada pasar Barat, yang menjadi faktor penting dalam dinamika perdagangan ini.

 

Sumber: Reuters

 

 

KOMENTAR