Menristekdikti Minta Dosen Asing Tinggal di Indonesia

Inakoran

Tuesday, 05-06-2018 | 05:55 am

MDN
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Men

Bojonegoro, Inako – 

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek) Prof. Mohamad Nasir meminta dosen asing yang mengajar di sejumlah perguruan tinggi Indoensia untuk menetap di Indonesia sehingga mereka bisa memberikan hasil maksimal kepada mahasiswa yang mereka bimbing. Data menunjukkan, saat ini jumlah dosen yang mengajar di Indonesia mencapai 200 orang.

"Kami minta dosen luar negeri yang sudah mengajar di Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia bisa menetap sekitar 2 tahun agar hasilnya bisa maksimal. Data yang ada di Indonesia sudah ada ya berkisar 150-200 dosen luar negeri yang mengajar di Indonesia," kata dikssa di Bojonegoro, Minggu.

Hanya saja, menurut dia, dosen luar negeri yang mengajar di Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia tersebut hanya menetap sekitar sebulan kemudian kembali lagi ke negaranya.

"Tapi kalau bisa menetap selama 2 tahun misalnya, maka hasilnya akan maksimal bagi mahasiswa yang belajar  di S1,S2 juga S3," kata dia menegaskan.

[caption id="attachment_30850" align="alignleft" width="500"] Ilustrasi dosen asing [ist][/caption]Ia juga mengatakan kalau memang ada anggaran juga berminat mendatangkan lagi tambahan dosen luar negeri untuk mengajar di Indonesia terutama dosen "science" dan teknologi.

"Dosen yang kita butuhkan yaitu dosen "science" dan teknologi, sebagai usaha meningkatkan ekonomi di Indonesia," ujarnya.

Terkait peristiwa tertangkapnya tiga terduga teroris di kampus Universitas Riau (UNRI), serta dua buah bom pipa besi dan bahan peledak, ia meminta kasus itu harus diusut tuntas.Ia tidak ingin kasus terorisme dan radikalisme masuk ke kampus di Indonesia.

"Saya tidak ingin kasus radikalisme masuk kampus, jadi harus diusut tuntas termasuk pengelola universitasnya harus bertanggung jawab," ujarnya menegaskan.

Pada kesempatan memberikan kuliah umum untuk mahasiswa Institut Agama Islam Sunan Giri (IAIS) dan UNUgiri di Bojonegoro, ia menjelaskan tiga faktor menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan kita. Ketiga faktor itu antara soal penguasaan bahasa Inggris, matematika dan kurangnya publikasi ilmu pengetahuan dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Ia mencontohkan pada 2015 publikasi ilmu pengetahuan dari PT di Indonesia hanya sekitar 4.500 publikasi, masih kalah dibandingkan dengan Singapura dengan jumlah sekitar 8.000 publikasi.

 

 

 

KOMENTAR