Pengamat Hukum Duga Ada Rancangan Jahat Rezim untuk Memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres

Saverianus S. Suhardi

Monday, 19-02-2024 | 10:40 am

MDN
Edi Hardum [Foto: Inakoran/Aril Suhardi]

 

Jakarta, Inakoran.com

Kemenangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, berdasarkan hasil perhitungan cepat sejumlah lembaga survei dan real count sementara Komisi Pemilihan Umum, dinilai syarat dengan pelanggaran prosedur dan hal-hal yang substantif dalam demokrasi.

Hal ini disampaikan oleh pengamat hukum Dr. Edi Hardum, S.IP., S.H., MH. Edi menyinggung proses terpilihnya Gibran sebagai wakil Prabowo hingga dugaan terjadinya banyak pelanggaran selama proses pemilihan umum (Pemilu).

Dosen Universitas Tama Jagakarsa itu menjelaskan Gibran lolos karena menerabas konstitusi dengan bantuan pamannya yang menjabat sebagai ketua Mahkamah Konstitusi, Anwar Usman.

BACA JUGA: Ini Kata Pengamat Alasan Suara Ganjar-Mahfud Anjlok di Pilpres 2024

“Hakim Konstitusi tidak menghargai hukum acara di MK. MK seharusnya hanya bertugas sebagai negative legislator. Artinya, MK tidak boleh menambah atau mengurangi isi Undang-undang. Dalam kasus Gibran, MK melanggar aturan ini,” terang Edi saat ditemui di Jakarta pada Sabtu (17/02/2024).

Edi merujuk pada keputusan MK yang tidak mengubah batas minimal usia Capres-cawapres, yakni 40 tahun. Namun, ada syarat bagi calon yang belum berusia 40 tahun, yakni mesti pernah atau sedang menjabat sebagai kepala daerah.

Pemecatan Anwar Usman oleh Majelis Kehormatan MK menjadi tanda jelas bahwa Gibran lolos karena menabrak konstitusi.

Sementara itu, Prabowo sendiri terlibat dalam penculikan para aktivis pada 1998.

“Sampai saat ini ada 13 aktivis yang masih hilang. Prabowo sendiri mengakui dia menculik. Dewan perwira ABRI memutuskan Prabowo bersalah, dan dia dipecat dari militer dengan tidak hormat,” jelas Edi.

Edi juga menyinggung peran Jokowi di balik layar untuk kemenangan Prabowo-Gibran. Selama masa kampanye, Jokowi ‘rajin’ membagikan bantuan sosial.

“Kemenangan Prabowo-Gibran tidak terlepas dari permainan curang yang dilakukan oleh Jokowi sendiri. Dia melakukan kampanye terselubung dengan membagikan bantuan sosial,” kata Edi.

BACA JUGA: Aria Bima: Tidak Perlu Ada Pemilu Kalau Pelaksanaannya Semacam Ini

Edi menduga kecurangan selama Pilpres tidak terlepas dari rancangan jahat dari rezim yang berkuasa untuk memenangkan Prabowo-Gibran. Kecurangan ini by design.

“Saya menduga tidak terlepas dari rancangan rezim untuk memenangkan Paslon 02. Kenapa? Wakilnya adalah anak Jokowi sendiri,” kata Edi. 

Edi juga heran dengan upaya kecurangan yang dilakukan oleh kubu Prabawo-Gibran. Kalau memang pasangan ini percaya diri dengan hitung cepat lembaga survei, tambah Edi, mereka tidak akan melakukan kecurangan.  

“Kalau memang mereka (kubu Paslon 02) percaya diri dengan hasil survei dan quick count, kenapa melakukan kecurangan secara terstruktur, sistematif, dan masif?”

 

KOMENTAR