Rekomendasi dan Arah Pergerakan Saham Konsumer
Jakarta, Inakoran
Emiten sektor konsumer menghadapi berbagai tantangan, termasuk potensi downtrading dan penurunan daya beli, namun peluangnya tetap ada, terutama bagi emiten dengan fundamental yang kuat dan strategi ekspansi yang tepat. Investor disarankan untuk memperhatikan faktor-faktor makroekonomi seperti inflasi dan nilai tukar, serta kebijakan fiskal pemerintah yang akan mempengaruhi daya beli masyarakat. Dalam hal ini, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk. (MYOR) tampaknya menjadi pilihan utama dengan prospek yang menjanjikan untuk beberapa kuartal ke depan.
Diketahui bahwa pada paruh kedua tahun 2024, sektor konsumer di Indonesia menghadapi tarik-menarik antara berbagai katalis yang mempengaruhi performa saham emiten besar seperti ICBP dan MYOR. Pergerakan saham-saham ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor makroekonomi seperti inflasi dan nilai tukar, tetapi juga oleh arah kebijakan fiskal yang termuat dalam RAPBN 2025, yang fokus pada penguatan daya beli domestik.
Tingkat inflasi Indonesia pada Agustus 2024 mencapai 2,12% secara year-on-year (YoY), dengan deflasi bulanan sebesar 0,03% selama empat bulan berturut-turut. Tingkat inflasi yang terkendali ini memberikan sentimen positif bagi kinerja emiten di sektor konsumer.
Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke kisaran Rp15.500 per dolar juga memberikan dukungan bagi prospek sektor ini. Nilai tukar yang stabil cenderung memperkuat daya beli masyarakat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan emiten konsumer.
BACA JUGA:
Dirut BRI: Laba BRI Layak Dibagi sebagai Deviden
Erick Thohir Siap Setor Deviden BUMN Rp 90 Triliun di Era Prabowo
Rupiah Melemah Tipis: Dibuka di Posisi Rp15.470/USD
Kendala Pembayaran Antara Rusia dan China Meningkat di Tengah Ancaman Sanksi Barat
Menurut Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, penurunan tingkat inflasi ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk moderasi konsumsi domestik. Selain itu, ada harapan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada September 2024, yang diikuti oleh Bank Indonesia pada Oktober 2024. Kebijakan ini diharapkan dapat memberikan stimulus bagi pasar dan menjaga stabilitas inflasi.
Namun, penurunan inflasi ini juga memiliki dampak negatif. Abdul Azis Setyo Wibowo, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa penurunan daya beli konsumsi masyarakat, yang menjadi penyebab deflasi, berpotensi memperlambat pertumbuhan GDP. Jika tren ini berlanjut, akan ada risiko terhadap pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Dalam riset terbaru, analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto dan Sabela Nur Amalia, menyoroti bahwa pada kuartal III/2024, katalis terhadap kinerja emiten konsumer relatif sepi. Namun, mereka mengidentifikasi Pilkada serentak pada November 2024 dan anggaran bantuan sosial sebagai potensi pendorong bagi sektor ini.
Menuju 2025, kedua analis tersebut mengantisipasi bahwa kebijakan anggaran pemerintah akan terus mendukung daya beli rumah tangga. Selain itu, sektor konsumer juga diperkirakan akan mendapatkan manfaat dari penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat.
Meski begitu, risiko tetap ada. Mereka memprediksi bahwa downtrading atau penurunan preferensi konsumen ke produk dengan harga lebih rendah akan terus terjadi pada kuartal III/2024. Namun, BRI Danareksa Sekuritas masih menyukai emiten konsumer yang memiliki posisi kuat di pasar domestik, kontribusi penjualan ekspor yang signifikan, kemampuan mitigasi gejolak harga bahan baku, dan menghadapi volatilitas kurs.
Rekomendasi Saham
BRI Danareksa Sekuritas merekomendasikan saham ICBP dengan target harga Rp13.400 per saham, didorong oleh pertumbuhan volume penjualan yang kuat dan potensi perbaikan margin. Selain itu, saham MYOR juga mendapat rekomendasi beli dengan target harga Rp3.350 per saham, berkat pangsa pasar yang kuat di pasar domestik dan ekspor.
Dalam riset terpisah, Tim Analis JP Morgan menilai penguatan rupiah terhadap dolar AS akan memberikan keuntungan bagi sejumlah emiten konsumer, termasuk ICBP. Mereka memproyeksikan kenaikan laba bersih ICBP sebesar 3% untuk setiap apresiasi rupiah sebesar 1%.
Senada dengan itu, Christine Natasya, analis Bahana Sekuritas, juga merekomendasikan beli untuk ICBP dengan target harga Rp12.000 per saham dan MYOR dengan target harga Rp3.200 per saham. Menurutnya, ICBP dan MYOR memiliki peluang besar untuk menangkap potensi kenaikan permintaan melalui ekspansi kapasitas. ICBP, misalnya, berencana menambah kapasitas produksi mi, produk susu, dan makanan ringan dengan alokasi belanja modal sebesar Rp3,5 triliun pada tahun ini.
Disclaimer:
Informasi di atas merupakan analisis berdasarkan data dan prediksi pasar pada tanggal 3 Septermber 2024. Investor harus melakukan due diligence sendiri sebelum membuat keputusan investasi.
KOMENTAR