Rekomendasi Saham Pilihan: Senin, 5 Agustus 2024
Jakarta, Inakoran
Memasuki paruh kedua tahun 2024, sejumlah emiten berkapitalisasi besar atau big caps telah merilis laporan keuangan semester I mereka. Beberapa di antaranya menunjukkan kinerja yang mengesankan, menarik perhatian para investor.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tetap memimpin dengan kapitalisasi pasar terbesar, yaitu Rp 1,25 triliun. BBCA mencatatkan laba bersih Rp 26,9 triliun pada semester I 2024, meningkat 11,1% secara tahunan (year on year atau YoY).
PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga menunjukkan peningkatan laba bersih 0,53% YoY menjadi US$ 57,95 juta, meskipun pendapatannya turun 2,32% YoY menjadi US$ 290,07 juta hingga 30 Juni 2024.
Sementara itu, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mengalami penurunan pendapatan sebesar 19,34% YoY dari US$ 1,07 miliar menjadi US$ 866,49 juta. Rugi bersih TPIA meningkat drastis sebesar 7.999,65% YoY menjadi US$ 47,46 juta.
BACA JUGA:
Lo Kheng Hong Kembali Borong Saham ABMM: 710.000 Lembar
Rekomendasi Saham yang Layak Dicermati: Jumat, 2 Agustus 2024
Bisnis Batu Bara, Bertahan Hingga 2035?
Saham BBRI, BMRI, BBCA Laris Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed
PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) mencatatkan peningkatan pendapatan yang luar biasa sebesar 166,76% YoY menjadi US$ 1,54 miliar, dengan laba bersih melonjak 300% YoY dari US$ 118,80 juta ke US$ 475,25 juta.
Di sektor perbankan, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencatat laba bersih konsolidasian sebesar Rp 29,7 triliun, naik 0,95% YoY, sementara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatat laba bersih Rp 26,6 triliun pada semester I 2024.
PT Bayan Resources Tbk (BYAN) mengalami penurunan pendapatan sebesar 24,78% YoY menjadi US$ 1,53 miliar, dengan laba bersih turun 47,95% YoY ke US$ 376,76 juta. PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) juga mencatat penurunan laba bersih 7,80% YoY menjadi Rp 11,76 triliun, meskipun pendapatannya naik 2,47% YoY menjadi Rp 75,29 triliun.
PT Bank Negara Indonesia (BBNI) membukukan laba bersih sebesar Rp 8,6 triliun pada periode Januari-Mei 2024, naik 2% YoY. PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 15,85 triliun, turun 9,12% YoY, dengan pendapatan turun 1,49% YoY menjadi Rp 159,96 triliun.
Emiten big caps lainnya seperti ICBP, BRIS, AMRT, BRPT, UNTR, DCII, dan CUAN juga telah mengeluarkan laporan keuangan semester I mereka.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menyatakan bahwa dari sejumlah emiten big caps, hanya BBCA dan BMRI yang perolehan laba bersihnya sesuai dengan ekspektasi pasar. Net Interest Income (NII) BBCA, BBRI, dan BMRI juga tercatat masih baik.
"Penyaluran kredit masih didominasi oleh BBCA dan BMRI, sehingga kinerja mereka tetap lebih baik dibandingkan yang lain," ujarnya kepada Kontan, Sabtu (3/8).
Di sektor konsumer, kinerja ICBP tetap sesuai ekspektasi pasar, didukung oleh daya beli dan konsumsi yang stabil. Sementara itu, di sektor pertambangan, kinerja AMMN diapresiasi berkat penguatan harga tembaga sejak awal semester II 2022, didorong oleh permintaan yang meningkat, terutama dari China.
Permintaan tembaga dari China diprediksi tumbuh sebesar 2,9% YoY pada tahun 2024, terutama karena peningkatan produksi kendaraan listrik yang diperkirakan akan melebihi 10 juta unit pada 2024, naik 30% YoY.
Di semester II, kinerja sejumlah emiten big caps kemungkinan akan terdongkrak oleh sentimen Pilkada 2024 di akhir tahun. "Transisi pemerintahan dan pemilihan kabinet juga akan memberikan sentimen positif," ungkapnya.
Potensi penurunan suku bunga The Fed juga memberikan peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga, mendorong peningkatan penyaluran kredit ke depannya.
"Harga komoditas mulai stabil, meskipun permintaannya masih belum cukup kuat," tuturnya. Alhasil, kinerja emiten dari sektor finansial, consumer non-cyclical, energi, dan consumer goods diperkirakan akan moncer di semester II 2024.
Dari sektor perbankan, Nico merekomendasikan beli untuk BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI dengan target harga masing-masing Rp 11.300 per saham, Rp 5.600 per saham, Rp 7.400 per saham, dan Rp 6.000 per saham. Di sektor konsumer, AMRT dan ICBP direkomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp 3.400 per saham dan Rp 13.100 per saham.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, menilai bahwa kinerja emiten yang baik di semester I 2024 akan kembali terapresiasi di akhir tahun ini. Ia merekomendasikan maintain buy untuk BBCA dengan target harga terdekat Rp 10.650 per saham, dan accumulative buy untuk ASII, BBNI, BBRI, BMRI, dan TLKM dengan target harga terdekat masing-masing Rp 4.640 per saham, Rp 5.150 per saham, Rp 5.050 per saham, Rp 6.750 per saham, dan Rp 3.270 per saham.
Disclaimer:
Informasi di atas merupakan analisis berdasarkan data dan prediksi pasar pada tanggal 5 Agustus 2024. Investor harus melakukan due diligence sendiri sebelum membuat keputusan investasi.
KOMENTAR