Rupiah Kembali Melemah: Dibuka pada Posisi Rp16.319/USD
Jakarta, Inakoran
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali menunjukkan pelemahan pada perdagangan hari ini, Selasa (30/7/2024). Rupiah dibuka melemah di level Rp16.319 per dolar AS, mengikuti tren mata uang Asia lainnya yang juga mengalami penurunan.
Menurut data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,23% atau turun 38 poin ke level Rp16.319 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS justru menguat 0,06% ke level 104,62.
Tidak hanya rupiah, beberapa mata uang di kawasan Asia Pasifik juga menunjukkan pelemahan pada pembukaan pasar. Yen Jepang, dolar Hong Kong, won Korea Selatan, dan yuan China semuanya mengalami penurunan, masing-masing sebesar 0,01%, 0,01%, 0,01%, dan 0,06%. Rupee India, ringgit Malaysia, dolar Singapura, dan baht Thailand juga dibuka melemah dengan penurunan berturut-turut sebesar 0,01%, 0,12%, 0,06%, dan 0,04%.
BACA JUGA:
Rekomendasi Saham yang Berpotensi Cuan: Selasa, 30 Juli 2024
Rekomendasi 8 Saham Blue Chip Usai Rilis Laporan Keuangan Semester I-2024
Financial Freedom: Arti, Tahapan, dan Cara Mencapainya
Perkembangan Harga BBM Selama Juli 2024 di Tanah Air
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah akan ditutup melemah dalam rentang Rp16.270-Rp16.340 per dolar AS pada akhir perdagangan hari ini.
Menurut Ibrahim, pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh meningkatnya spekulasi mengenai pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed) Amerika Serikat. Data indeks harga PCE minggu lalu, yang merupakan pengukur inflasi pilihan Fed, menunjukkan tanda-tanda menggembirakan yang mendorong spekulasi pemotongan suku bunga. Pasar saat ini sangat memperhatikan kemungkinan sinyal dari bank sentral mengenai rencana pemotongan suku bunga di masa mendatang.
Berdasarkan CME Fedwatch Tools, para pedagang hampir sepenuhnya memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September.
Selain itu, kekhawatiran akan melambatnya pemulihan ekonomi Tiongkok, menyusul serangkaian data ekonomi yang lemah sepanjang Juli, turut memicu aksi jual yang berkepanjangan di pasar Tiongkok.
Ketidakpastian politik di Amerika Serikat juga membebani pasar, terutama karena investor khawatir tentang bagaimana pemerintahan AS berikutnya akan memperlakukan Beijing.
“Fokus minggu ini adalah pada data indeks manajer pembelian utama dari negara tersebut untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk mengenai aktivitas bisnis,” kata Ibrahim. Data tersebut akan menjadi perhatian utama pasar untuk menilai kondisi ekonomi lebih lanjut.
Dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan stabil di level 5,1% pada akhir tahun 2024. Pada kuartal I 2024, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh sebesar 5,11%.
Ekspansi fiskal yang kuat, pengeluaran terkait pemilu, dan investasi diperkirakan akan menjaga pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di atas 5% sepanjang tahun ini.
KOMENTAR