Sri Mulyani Sebut Dampak Pandemi Covid-19 Lebih Parah Ketimbang Krisis Global 2008
Jakarta, Inako
Menteri Keuangan Sri Mulyani secara terbuka mengungkapkan dampak virus corona atau Covid-19 terhidup kehidupan ekonomi dan sosial. Ia mengakui dampak pandemi Covid-19 lebih parah dibandingkan krisis keuangan global 2008-2009. Pandemi ini menyebabkan sejumlah sektor ekonomi gulung tikar dan sampai mati.
BACA JUGA: Pemerintah Alokasikan Rp 150 Triliun Untuk Pemulihan Ekonomi Nasional
Dalam jumpa pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) periode kuartal I-2020, Senin (11/5/2020), Menkeu mengungkapkan sepanjang Januari-Maret 2020 terjadi arus modal keluar dari pasar keuangan Indonesia yang mencapai Rp 145,28 triliun.
BACA JUGA: Ini Kajian Pemerintah Terkait Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19: Juni Mal Mulai Dibuka
Sebagai gambaran, arus modal keluar (capital outflows) kala krisis keuangan global 2008-2009 adalah Rp 67,9 triliun dan kala taper tantrum 2013 yang sebesar Rp 36 triliun.
"Periode Januari-Maret lalu sudah lebih dari dua kali lipat dibandingkan yang terjadi saat guncangan krisis keuangan global," ujar Sri Mulyani.
BACA JUGA: Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 2,79% di Kuartal I-2020
Menurut Sri Mulyani, tekanan yang paling berat terjadi pada bulan Maret. Saat itu, indeks VIX yang menggambarkan volatilitas di pasar keuangan mencapai titik tertinggi sepanjang sejarah. Lonjakan indeks VIX menunjukkan terjadi kepanikan di pasar sehingga investor memilih aset-aset yang dianggap aman (safe haven assets).
KOMENTAR