Badai Siklon dan Covid-19 Serta Dampaknya Bagi Perekonomian dan Keberadaan Masyarakat Keturunan Indonesia di Kaledonia Baru
Seri V Perjalanan ke Kaledonia Baru
Oleh: Tjoki Aprianda Siregar
Noumea, Inako
Badai siklon tropis Lucas dan Niran dengan karakteristik kecepatan anginnya yang begitu kencang, antara 100 – 200 km/jam, melanda Kaledonia Baru masing-masing pada bulan Februari dan 6 Maret 2021.
Kedua badai siklon tersebut dan munculnya kembali kasus Covid-19 pada 6 dan 7 Maret baru lalu, telah berdampak luas pada perekonomian Kaledonia Baru.
Angin yang sangat kencang disertai dengan hujan lebat dan suara seperti siulan yang begitu keras telah melontarkan kanopi sejumlah toko dan restoran, serta menghancurkan lahan pertanian warga setempat di sedikitnya 16 kota di Kaledonia Baru.
Sementara itu, muncul kembalinya kasus Covid-19 menyebabkan pemerintah memberlakukan kebijakan “confinement” atau pembatasan beraktivitas warga secara ketat selama 15 hari sejak 9 Maret 2021 telah menyebabkan seluruh kantor atau bisnis non-esensial, termasuk restoran, tutup.
Pengecualiannya adalah rumah sakit, apotik, stasiun pengisian bahan bakar, supermarket dan fasilitas vital lainnya bagi masyarakat tetap beroperasi.
BACA JUGA: Kaledonia Baru di Tengah Ancaman Bencana Alam dan Covid-19
Warga diminta untuk berada atau bekerja dari tempat tinggal masing-masing, kecuali yang karena karakter pekerjaannya memerlukan keluar rumah.
Mereka yang berangkat ke tempat kerja disyaratkan membawa surat keterangan (l’attestation) yang ditandatangani pimpinannya dan distempel perusahaan tempatnya bekerja.
Sementara mereka yang perlu keluar rumah untuk keperluan lain, misalnya berbelanja ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, disyaratkan membawa paspor atau kartu identitas dan jenis surat keterangan (l’attestation) yang lain yang ditandatangani oleh yang bersangkutan.
Pemeriksaan atau razia dilakukan oleh aparat keamanan di berbagai lokasi di dan sekitar kota Noumea serta kota-kota lainnya di Kaledonia Baru guna memastikan aturan tersebut dipatuhi.
Alih-alih tidak terjadi penambahan kasus, di akhir masa confinement tersebut, jumlah kasus Covid-19 justru bertambah mengakibatkan masa berlaku “confinement” diperpanjang untuk kedua kalinya hingga 29 Maret 2021.
Temuan kasus lokal Covid-19 pertama pada 25 Maret 2021 yang menjangkiti seorang petugas bandara di bagian kedatangan penerbangan mendorong pemerintah memperpanjang yang ke-3 kalinya hingga 4 April 2021.
Masyarakat setempat, khususnya kalangan bisnis, baru bernafas lega setelah sejak 25 Maret tersebut, tidak ditemukan lagi kasus baru, dan pemerintah mencabut penerapan “confinement” secara bertahap dengan tidak lagi mengharuskan penduduk membawa surat keterangan seperti sebelumnya, namun mereka diminta tetap memperhatikan dan mentaati protokol kesehatan.
Hancurnya lahan pertanian yang dialami petani di 16 kota akibat badai siklon dan tidak beroperasinya sebagian besar bisnis dan pabrik berdampak karena penerapan “confinement” membawa implikasi sebagian besar warga Kaledonia Baru.
Pemerintah tampaknya memprioritaskan penanggulangan penyebaran Covid-19 melalui penerapan “confinement” pasca terjadinya badai siklon Lucas dan Niran yang merusak lahan pertanian meski menyadari dampak serius dari badai siklon dan penerapan “confinement” tersebut pada perekonomian warganya dan perekonomian nasional.
Hal tersebut mungkin karena pemerintah belajar dari pengalaman tahun lalu.
Pada tahun lalu, ketika untuk pertama kali kasus Covid-19 terdeteksi di Kaledonia Baru pemerintah menanggapinya dengan penerapan “confinement” dan penutupan operasional penerbangan komersial berjadwal dari luar negeri ke Kaledonia Baru dan sebaliknya selama bulan Maret, April dan Mei 2020. Hasilnya baru terlihat pada bulan Juni tahun lalu.
Ketika selama berminggu-minggu dalam bulan Mei 2020, di Kaledonia Baru tidak lagi ditemukan kasus Covid-19.
Pemerintah menyatakan Kaledonia Baru “free of Covid-19” (bebas dari Covid-19), penduduknya kemudian tidak lagi harus memakai masker dan dapat kembali beraktivitas normal.
BACA JUGA: Pemandangan Eksotik Kaledonia Baru, Kawasan Pasifik
Perekonomian Kaledonia Baru sesungguhnya memiliki ketergantungan pada impor untuk sebagian besar barang-barang kebutuhannya.
Sumber pasokan barang impor terbesar bagi teritori Perancis di wilayah Pasifik Selatan itu adalah Perancis, Singapura, Australia, Tiongkok, Selandia Baru, dan Amerika Serikat.
Kaledonia Baru mengimpor terutama energi bahan bakar, barang modal, barang pangan dan konsumsi, serta produk otomotif.
Sementara itu data ISEE menunjukkan Indonesia masih menduduki peringkat ke-8 negara importir Kaledonia Baru pada tahun 2019, dengan nilai impor sebesar USD 14,56 juta.
Produk-produk ekspor andalan Indonesia ke Kaledonia Baru antara lain peralatan industri, aluminium, kertas, kayu, perabotan, alas kasur, lampu, pakaian dan asesoris, produk bahan kue, alas kaki, dan peralatan elektronik.
Meski barang-barang Indonesia sudah mulai banyak dijumpai di pasar Kaledonia Baru, namun jumlahnya masih lebih sedikit dari barang-barang impor dari Singapura dan Thailand.
BACA JUGA: “CAILLOU, Teritori di Pasifik Selatan Yang Misterius
Di kota Noumea, ibukota Kaledonia Baru, dan sekitarnya, setidaknya terdapat satu “warung” yang khusus menjual produk-produk makanan dan minuman serta pakaian dan tas batik dari Indonesia, yakni “Stone Fish” milik Ibu Saminem, warga Indonesia keturunan Jawa yang sudah puluhan tahun tinggal di Kaledonia Baru.
“Warung” yang berlokasi di salah satu bangunan permanen di dekat kawasan Trianon, Noumea, tersebut, menjual, antara lain, bumbu-bumbu makanan khas Indonesia seperti rendang, rawon, soto ayam, nasi goreng, kerupuk udang, emping melinjo, kacang atom, kacang sukro, terasi, serta daster, kemeja dan tas batik.
Keberadaan “warung” itu turut membantu mempromosikan produk-produk Indonesia dan obyek wisata seperti Candi Borobudur ke masyarakat setempat.
Meski Kaledonia Baru sangat tergantung pada impor barang-barang kebutuhannya, pemerintah mampu menekan inflasi atau naiknya harga-harga barang dan jasa di teritori Perancis itu, antara lain dengan memberikan sejumlah insentif, termasuk bagi pengusaha di bidang industri pertanian atau industri substitusi produk impor lainnya.
Sehingga harga-harga bagi konsumen cenderung stabil bahkan justru mengalami deflasi.
Data ISEE (Institut de la Statistique et des Étude Économiques), lembaga statistik Kaledonia Baru, menunjukkan tingkat deflasi di teritori Perancis tersebut adalah -0,5% pada tahun 2019, dan menurun lagi menjadi -0,8% pada tahun 2020.
BACA JUGA: Info Rupiah Hari Ini, 5 April 2021
Sektor penggerak perekonomian Kaledonia Baru utamanya adalah investasi modal (yang memberikan kontribusi 43%) Produk Domestik Bruto (PDB)-nya pada tahun 2020 sebesar USD 9.89 miliar (atau setara dengan sekitar Rp. 143,5 triliun), disusul dengan kontribusi aktivitas pertambangan dan peleburan nikel, serta properti, sehingga mendorong penciptaan lapangan kerja di sektor industri, konstruksi dan perhubungan.
Nikel dan ferro-nikel merupakan produk andalan Kaledonia Baru, yang memiliki cadangan nikel besar di dunia selain Australia, Brazil, Rusia, dan Indonesia.
Terdapat tiga lokasi pertambangan utama nikel di Kaledonia Baru, yakni dua masing-masing di Vavoute dan Koniambo, Provinsi Utara, yang keduanya dikelola bersama oleh Posco, perusahaan Korea Selatan, dan SMSP (Société Minière du Sud Pacifique), perusahaan Kaledonia Baru, serta satu lagi berlokasi di Goro, Provinsi Selatan, yang dikelola perusahaan SPMSC (Société de Participation Minière du Sud Calédonien) milik 3 provinsi Kaledonia Baru, pekerja dan investor setempat, perusahaan Trafigura dari Swiss, dan perusahaan keuangan setempat, Prony Resources.
Kandungan nikel di Kaledonia Baru telah membuat tertarik perusahaan produsen kendaraan bertenaga listrik Amerika Serikat, Tesla, milik Elon Musk, yang tengah menjalin kemitraan dengan perusahaan Prony Resources, salah satu pemegang saham utama perusahaan pengelola pertambangan dan pabrik di Goro, yakni Prony Resources New Caledonia.
Masuknya Tesla dalam aktivitas pengembangan bisnis Prony Resources New Caledonia adalah sebagai penasihat teknis pengembangan produk nikel oleh pabrik di Goro menjadi baterai listrik.
Bagi Kaledonia Baru, keterlibatan Tesla akan memberikan keuntungan dari aspek alih teknologi. Bagi Tesla, partisipasinya di perusahaan nikel di Goro tersebut akan memastikan kelancaran pasokan bahan baku nikel untuk produksi baterai bagi kendaraan bertenaga listriknya.
BACA JUGA: Saham yang Layak Dicermati Hari Ini, 5 April 2021
Mengenai pendapatan per kapita warga Kaledonia Baru, apabila mengacu pada PDB-nya per kapita pada tahun 2019, adalah USD 38,921 (atau sekitar Rp. 565 juta per tahun atau Rp. 47 juta per bulan) per individu, ukuran yang relatif sangat makmur bagi seseorang.
Namun dalam kenyataannya kesejahteraan di teritori Perancis itu masih belum merata. Masih terlihat warga asli Kaledonia Baru berpakaian kumuh di duduk-duduk di depan minimarket atau di emperan sejumlah tempat umum lainnya sambil berjualan secara lesehan.
Menurut Data ISEE, jumlah penduduk Kaledonia Baru pada tahun 2019 adalah 271,407 jiwa, dengan mayoritas atau 41,21%-nya beretnis Kanak yang merupakan bagian rumpun etnis Melanesia, disusul 24,13%-nya dari ras Eropa (Caucasian), 8,30% dari etnis Wallis & Futuna, 1,98% beretnis Tahiti, serta yang lainnya dari keturunan Indonesia (1,39% atau 3,786 jiwa), Vietnam (0,82%-nya), Vanuatu (0,85%), dan etnis atau kelompok lainnya sebanyak 21,31%-nya.
Kedatangan orang Indonesia pertama kali adalah ketika 170 orang pekerja dari pulau Jawa tiba di Kaledonia Baru pada 16 Februari 1896. Sebagai bagian dari kesepakatan Perancis-Belanda berdasarkan ketentuan pemerintah Hindia Belanda “Koeli Ordonantie”, pengiriman pertama para pekerja asal pulau Jawa tersebut diikuti dengan pengiriman-pengiriman berikutnya, hingga jumlah seluruhnya pekerja asal Hindia Belanda yang diangkut dengan 87 kapal ke Kaledonia Baru dalam kurun waktu tahun 1896 – 1949 menjadi 19,510 orang pekerja.
Sebagian dari para pekerja memilih kembali ke tanah air setelah mendengar mengenai pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Belanda pada tahun 1949.
Namun sebagian besar lagi memilih untuk tetap tinggal, menikah dengan sesama warga keturunan Indonesia atau warga setempat, dan tinggal turun-temurun di Kaledonia Baru hingga kini.
Bahasa Jawa ngoko menjadi bahasa sehari-hari mereka saat ini. Mereka juga berbahasa Perancis meski tidak bisa berbahasa Indonesia seperti leluhurnya yang tiba di Kaledonia Baru.
Karenanya sejak tahun 1970-an, Konsulat Jenderal Indonesia di Noumea berusaha mempromosikan belajar bahasa Indonesia bagi mereka. Pada tahun 1984.
Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK) dibentuk dan turut membantu Konsulat Jenderal Indonesia mempromosikan belajar bahasa Indonesia kepada masyarakat keturunan Indonesia di Kaledonia Baru.
BACA JUGA: Banjir Bandang dan Longsor Landa NTT,44 Orang Meninggal Dunia
Penduduk keturunan Indonesia di Kaledonia Baru kebanyakan berhasil dalam hidupnya. Meski berlatar belakang profesi beragam, ada yang bekerja sebagai montir kendaraan bermotor roda empat, akuntan, dokter, atau bahkan karyawan biasa, mereka rata-rata telah memiliki rumah, bukan apartemen seperti umumnya dihuni kebanyakan warga Kaledonia Baru.
Mereka juga mampu menyekolahkan anak-anak mereka ke luar negeri, kebanyakan ke Perancis.
Keberadaan dan kontribusi mereka kepada pembangunan di Kaledonia Baru mendapat pengakuan pemerintah setempat dengan pembangunan tugu-tugu peringatan 100 tahun kedatangan orang Indonesia di Kaledonia Baru pada tahun 1996 di daerah Vallon du Gaz dan Baei de l’Orphelinat di kota Noumea, serta kota-kota lainnya seperti La Foa, Farino, Bourail, dan Kone.
TAG#Kaledonia Baru, #Destinasi, #Pariwisata, #Noumea, #Badai Siklon, #Tjoki Aprianda Siregar, #Perancis, #Kawasan Pasifik
182193795
KOMENTAR