Kaledonia Baru di Tengah Ancaman Bencana Alam dan Covid-19
Seri IV Perjalanan ke Kaledonia Baru
Oleh: Tjoki Aprianda Siregar
Noumea, Inako
Semula penulis akan menulis mengenai masyarakat dan perekonomian Kaledonia Baru. Namun perkembangan yang terjadi di teritori Perancis tersebut dengan munculnya siklon Niran berupa angin kencang berkecepatan ratusan kilometer per jam yang menghempaskan pohon-pohon dan sejumlah atap dan bagian bangunan, serta ditemukannya kasus Covid-19 pada warga Kaledonia Baru yang kembali berlibur dari wilayah tetangganya, Wallis & Futuna, membuat penulis memutuskan menulis mengenai ancaman siklon dan temuan kasus Covid-19 di wilayah yang indah di Pasifik Selatan ini.
Siklon yang terjadi merupakan yang kedua dalam tahun ini yang melalui wilayah Kaledonia Baru. Siklon yang pertama kali muncul yang dinamakan Siklon Luca menghampiri Kaledonia Baru pada Januari 2021 berupa angin kencang berkecepatan sekitar 80 km/jam. Sementara siklon yang baru-baru ini terjadi berupa angin kencang berkecepatan sekitar 250 km/jam, jauh lebih kuat dari perkiraan ramalan cuaca setempat, yakni berkecepatan 200 km/jam, telah menghempaskan pohon-pohon dan atap bangunan di berbagai wilayah Kaledonia Baru. Sebagai pembanding, kendaraan yang dipacu kecepatannya secara maksimal namun relatif masih aman di jalan tol rata-rata mencapai kecepatan 140-160 km/jam. Penulis dan keluarga yang masih diakomodasikan sementara di salah satu hotel di dekat pantai Noumea di kawasan Anse Vata, menyaksikan sendiri begitu kencangnya siklon Niran tersebut, dengan jendela-jendela kamar dan pintu bergetar keras terkena hempasan angin, yang bunyinya seperti siulan kencang tanpa henti dan berlangsung hingga berjam-jam.
Sekitar satu setengah jam sebelum siklon mencapai Noumea, petugas hotel telah mendatangi penghuni kamar dan meminta agar meja dan kursi-kursi yang berada di balkon kamar dimasukkan ke dalam kamar, dan pintu kaca geser ke arah balkon serta tirai kamar ditutup rapat. Apabila dibiarkan tetap pada tempatnya, ketika angin kencang tiba, meja dan kursi-kursi tersebut akan terlempar dan memecahkan kaca kamar serta berpotensi membahayakan kami dan penghuni kamar hotel lainnya.
Petugas hotel juga sigap menempatkan sejumlah handuk menutupi celah di bawah pintu kamar dengan rapat, guna mencegah imbas angin kencang memasuki kamar. Setelah berdoa dan mengharapkan siklon Niran tidak jadi melewati Noumea, sekitar 3 jam kemudian, di Sabtu sore itu (06/03), suara angin terdengar menghebat, kaca-kaca dan pintu kamar bergetar hebat, disusul dengan bunyi siulan yang sangat kencang. Kerasnya bunyi siulan terdengar hingga ke dalam kamar tempat penulis berada, serta derak suara pintu dan kaca-kaca kamar bergetar hebat membuat siapa pun mengingat kebesaran Tuhan.
BACA JUGA: Pemandangan Eksotik Kaledonia Baru, Kawasan Pasifik
Angin kencang, suara keras siulan, dan bergetar hebatnya kaca-kaca dan pintu kamar seakan terasa begitu lama setelah listrik di hotel tempat penulis dan keluarga berada padam. Berbeda dengan pemahaman penulis sebelumnya bahwa bila listrik padam, pihak hotel akan mengaktifkan generator untuk membangkitkan listrik, listrik tetap padam.
Siklon Niran merupakan salah satu siklon yang berkekuatan besar dengan imbas dapat menghempaskan pohon-pohon, serta pagar dan atap bangunan yang dilaluinya. Bermula dari udara di atas Laut Koral di Utara Australia, sekitar tanggal 27 Februari 2021 angin berkumpul dan bertiup ke arah lepas pantai Cairns di Timur Laut Australia di Negara Bagian Queensland, sebelum bertiup ke arah Tenggara melintasi Samudera Pasifik tampak menuju Kaledonia Baru. Dampaknya sebagaimana laporan media daring setempat menyebutkan, hampir 70,000 penduduk mengalami pemadaman listrik di tempat tinggal mereka. Lahan-lahan pertanian rusak. Terdapat jalan yang tertutup pohon tumbang sehingga agak sulit dilalui. Meski demikian, tidak ada laporan warga kehilangan nyawa akibat siklon tersebut, selain dua orang terluka.
BACA JUGA: “CAILLOU, Teritori di Pasifik Selatan Yang Misterius
Sehari sebelumnya, pada 5 Maret 2021, ancaman lain yang dihadapi Kaledonia Baru adalah tsunami akibat gempa bumi yang terjadi di Selandia Baru sehari sebelum siklon Niran melintasi Kaledonia Baru. Pengumuman badan klimatologi setempat menyebutkan potensi tsunami yang dapat terjadi di sejumlah daerah di pesisir Selatan Kaledonia Baru akibat subduksi lempeng tektonis di kedalaman laut dekat Pulau Utara di Selandia Baru. Tiga kali gempa bumi yang berpusat 10 km di kedalaman laut dekat Kepulauan Kermadec, sekitar 1000 km di Timur Laut Selandia Baru semuanya berkekuatan di atas 7 Skala Richter, gempa pertama berkekuatan 7,7 Skala Richter dan gempa ke-3 berkekuatan 8,1 Skala Richter. Gempa berkekuatan besar tersebut berpotensi menimbulkan tsunami setinggi antara 3 meter bagi Selandia Baru dan wilayah di sekitarnya, termasuk Kaledonia Baru.
Sebagian penduduk Noumea terlihat berbondong-bondong dengan kendaraan masing-masing menuju ke arah bukit atau jalanan yang cukup tinggi letaknya. Setelah ditunggu sekitar dua jam lebih, ternyata tsunami tidak terjadi, dan pemerintah mengumumkan berakhirnya status siaga satu. Perkembangan tersebut melegakan semua orang, termasuk penulis yang tengah berada di kantor.
Pasca-siklon Niran keesokannya, tampak pohon-pohon bertumbangan di mana-mana, dan beberapa restoran yang terletak di dekat pantai terlihat terlepas atap kanopinya. Penulis memanfaatkan udara Minggu pagi berangin yang segar berjalan kaki di sepanjang pantai sembari melihat-lihat pohon-pohon tumbang menutupi sebagian badan jalan dan pedestrian, agak menyulitkan para pengemudi kendaraan dan pejalan kaki melintas. Beberapa truk petugas Civil Security parkir di pinggir jalan dan para petugas bekerja mengangkut pohon tumbang ke truk dan membersihkan jalan dari pohon-pohon tumbang tersebut.
Senin keesokannya, muncul pemberitaan ditemukannya kasus Covid-19 pada 9 orang warga Kaledonia Baru yang kembali dari berlibur dari Wallis & Futuna pada akhir Januari 2021. Wallis & Futuna adalah wilayah tetangga Kaledonia Baru yang juga teritori Perancis di Samudera Pasifik. Menyusul temuan tersebut, pemerintah Kaledonia Baru segera mengadakan pertemuan darurat, dan pada malamnya mengumumkan pemberlakuan “confinement” atau pembatasan bergerak secara total bagi seluruh penduduk selama 15 hari terhitung sejak 9 Maret 2021. Bagi mereka yang merasa perlu ke luar tempat tinggalnya, disarankan hanya untuk keperluan darurat saja, dan harus dilengkapi dengan surat keterangan yang contoh suratnya bisa diunduh secara daring dari situs pemerintah.
Hal yang menarik adalah, segera setelah pemerintah mengumumkan bahwa siklon akan melintasi Kaledonia Baru (05/03), dan meminta agar warga bersiap menghadapinyaa, antrean pengunjung terjadi di berbagai supermarket di kota Noumea dan kota-kota lainnya di teritori Perancis tersebut terjadi. Di supermarket besar seperti Carrefour, Geant, Anchau, dan Casino, antrian pembeli mengular dengan tertib dari lapangan parkir hingga ke pintu masuk. Meski demikian, pengelola supermarket mengatur pengunjung yang masuk untuk menghindari membludaknya mereka di dalam supermarket. Hal serupa terjadi lagi setelah pemerintah mengumumkan pemberlakuan “confinement” pasca ditemukannya kasus Covid-19 di Kaledonia Baru (07/03), meski bedanya kali ini para pengunjuk menjaga jarak antrian satu sama lain sekitar satu setengah hingga dua meter.
Hingga artikel ini ditulis (13/03), jumlah kasus Covid-19 telah meningkat menjadi 23 orang. Sementara itu, jumlah mereka yang terdeteksi positif Covid-19 di Wallis & Futuna meningkat dari 55 menjadi 62 orang. Enam hari setelah penemuan kasus pertama di Wallis & Futuna, virus itu menyebar dengan kecepatan tinggi.
BACA JUGA: Update Virus Corona 13 Maret 2021: Positif Tembus 1.414.741 Kasus
Terjangkitnya warga Kaledonia Baru oleh virus Corona setelah berlibur ke wilayah tetangganya sesama teritori Perancis tidak terduga sama sekali. Kedua teritori tersebut sesungguhnya telah mengambil langkah drastis dan sempat memberlakukan penutupan penerbangan dari dan ke luar negeri selama beberapa bulan setelah terdeteksi kasus pertama tahun lalu. Dalam bulan Juni 2020, sudah tidak ditemukan lagi kasus Covid-19 di kedua teritori Perancis tersebut. Hal lain yang memungkinkan ini terjadi adalah kondisi alam kedua teritori yang dikelilingi samudera dan tidak berbatasan darat dengan negara atau wilayah lain. Karena keadaan bebas Covid-19 di kedua teritori, berbeda dengan pemberlakuan karantina 14 hari bagi pendatang dari negara atau wilayah lain ke Kaledonia Baru, Kaledonia Baru dan Wallis & Futuna saling membebaskan warga masing-masing dari keharusan karantina ketika saling berkunjung antara kedua teritori.
Penduduk Kaledonia Baru telah menikmati kehidupan tanpa masker dan tanpa kekhawatiran terjangkit virus Corona sejak Juni tahun lalu. Pemberlakuan ketat bagi tiap orang yang tiba dengan penerbangan dari negara lain meski mereka yang baru tiba itu warga Kaledonia Baru yang baru kembali, setidaknya terbukti membuat Kaledonia Baru bebas dari Covid-19.
Kaledonia Baru tidak memiliki gunung berapi di wilayahnya - tanpa memasukkan pulau Matthew dan pulau Hunter yang masing-masing memiliki gunung berapi dan terletak 300 km Timur Kaledonia Baru. Kedua pulau yang tidak berpenghuni tersebut sama-sama diklaim Perancis dan Vanuatu sebagai wilayah mereka. Meski tidak memiliki gunung berapi, Kaledonia Baru terletak relatif tidak jauh di sebelah Timur dan Utara lempeng tektonik Australia yang rawan terjadi gempa bawah laut. Gempa bumi yang menggoncang Selandia Baru belum lama ini memang berada di salah satu bagian lempeng tektonik Australia.
BACA JUGA: Diabetes Mempengaruhi Kedua Jenis Kelamin Secara Berbeda, Berikut Penjelasannya
Menurut warga setempat, siklon merupakan hal yang cukup sering terjadi mulai Januari hingga Maret di Kaledonia Baru biasanya menjelang memasuki “musim dingin” pada bulan April tiap tahunnya. Suhu di “musim dingin” Kaledonia Baru adalah sekitar 20 derajat Celcius, tidak seperti halnya suhu di negara-negara Eropa yang bisa mencapai suhu di bawah 0 derajat Celcius. Sementara itu, meski relatif jarang terjadi, tsunami masih mungkin dialami penduduk Kaledonia Baru, meski terakhir kali dialami warga Kaledonia Baru pada tahun 1875, dan itu pun terjadi dekat Kepulauan Loyalty di Utara pulau utama Kaledonia Baru, Grand Terre. Hal yang menguntungkan penduduk Kaledonia Baru adalah, karena topografi daratan pulau utamanya yang berbukit-bukit, termasuk di kota Noumea, memungkinkan mereka untuk segera lari ke lereng atau puncak bukit dalam waktu tidak terlalu lama apabila terjadi tsunami.
Seperti halnya wilayah kepulauan lainnya di Samudera Pasifik, di tengah ancaman bencana dan virus Corona, Kaledonia Baru memiliki keindahan alam yang cukup lengkap, dengan pasir pantainya yang putih dan air lautnya yang jernih dan berwarna biru kehijau-hijauan bila dilihat dari pantai, serta bukit kehijauan tak jauh dari pantai yang tampak mengundang siapa pun mendakinya ke puncaknya untuk dapat melihat pemandangan di sekitar pulau.
Penulis adalah pegawai Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, saat ini bertugas di Konsulat Jenderal Indonesia di Noumea, Kaledonia Baru.
TAG#Kawasan Pasifik, #Kaledonia Baru, #Destinasi, #Pariwisata, #Perancis, #Tjoki Aprianda Siregar, #Angin Siklon, #Covid-19
182193795
KOMENTAR