Bivitri Susanti: Anak Muda Mesti Diberikan Ruang yang Setara dalam Politik

Aril Suhardi

Monday, 06-11-2023 | 14:03 pm

MDN
Bivitri Susanti [Foto: Inakoran/GarvitaTV]

 

 

Jakarta, Inakoran.com

Komisi Pemilihan Umum (KPU) mencatat sekitar 55 persen pemilih di pemilihan umum (Pemilu) 2024 merupakan generasi Z dan milenial yang berusia 22-33 tahun.

Dominannya pemilih muda rupanya disadari oleh para kandidat calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) yang akan berkompetisi merebut kursi RI 1.

Itu sebabnya, tidak heran para kandidat ini sudah mulai dan akan terus melakukan pendekatan ke kelompok generasi muda, misalnya dengan menampilkan diri agar kelihatan seperti mereka.  

BACA JUGA: Ray Rangkuti: Nggak Punya Darah Biru Politik, Miskin Pula, Ya Udahlah, Wasalam

Kenyataan ini disoroti oleh Bivitri Susanti, dosen Sekolah Tinggi Hukum (STH) Jentera. Dia menyebut saat ini anak muda sudah ‘diobjektifikasi’ oleh para politikus.

“Oh, pemilih kebanyakan anak muda statistiknya, ya udah kita pura-pura muda yuk. Menampilkan citra gemoy karena katanya anak muda suka yang gemoy gitu,” jelas Bivitri dalam acara Simposium Pemuda Indonesia di Gedung Serbaguba Senayan, Jakarta Pusat pada Sabtu (04/11/2023).

Sekalipun tidak lagi muda, Capres-cawapres berusaha meniru agar seperti anak muda, mulai dari cara berpakain hingga cara bermedia sosial. Bivitri menyebut ini merupakan bentuk ‘objektifikasi’ kaum muda.

Menyinggung tema Simposiun Pemuda Indonesia yang berbunyi ‘Reclaim our Common Future’,  wanita yang akrab disapa Bibip ini menegaskan kaum muda seharusnya menjadi subjek dalam politik.

Caranya adalah dengan memberikan ruang kepada mereka, salah satunya ruang kesetaraan yangi tidak melihat privilige.

“Ruang yang setara tidak melihat siapa orang tuanya, dari mana asalnya, ruang yang nggak melihat agama, etnis, dan lain sebagainya,” jelas dia.

Bibip menambahkan, generasi muda juga mesti diberikan ruang untuk berpikir, mengkritik, dan berkembang. Karena, menurut dia, anak muda bukan soal umur, tetapi terkait cara berpikir.

Anak muda  melihat hidup dengan cara yang menyenangkan. Mereka tidak mengejar kekuasaan dengan cara apapun.

“Sekalipun umurnya muda tetapi melihat hidup untuk mengejar kekuasaan semata, cara berinteraksi yang feodal, dan kalau dia politikus, cara berpolitiknya seperti orang zaman dahulu, itu bukan anak muda,” tegas Bibip.

 

KOMENTAR