Jepang Menyetujui Remdesivir Gilead Sciences Sebagai Obat COVID-19

Binsar

Friday, 08-05-2020 | 11:01 am

MDN
Ilustrasi [ist]

Tokyo, Inako

Jepang pada hari Kamis menyetujui remdesivir produksi Gilead Sciences Inc sebagai obat resmi pertama di negara itu untuk mengatasi penyakit virus baru COVID-19.

Keputusan itu diambil Jepang hanya berselang tiga hari setelah perusahaan obat AS itu menyatakan bahwa remdesivir bisa dipakai sebagai obat untuk COVID-19.

"Sejauh ini belum ada obat virus corona yang tersedia di sini sehingga ini adalah langkah penting bagi kami untuk menyetujui obat ini," kata seorang pejabat kementerian kesehatan Jepang dalam sebuah konferensi pers, beberapa waktu lalu. Remdesivir akan diberikan kepada pasien dengan gejala COVID-19 yang parah.

Fakta terbaru menunjukkan bahwa minat terhadap obat ini berkembang pesat di seluruh dunia, karena hingga saat ini belum ditemukan obat lain yang direkomendasikan untuk dipakai mengatasi coronavirus.

 

Pekan lalu, lembaga Administrasi Makanan dan Obat-obatan A.S. telah memberikan otorisasi terkait penggunaan darurat obat ini untuk penyakit yang disebabkan oleh coronavirus yang baru.

Gilead mengklaim obat ini dapat meningkatkan daya tahan pasein yang menderita penyakit pernapasan dan data yang menunjukkan bahwa obat itu bekerja lebih baik ketika diberikan pada tahap awal infeksi.

Jepang, dengan lebih dari 16.000 infeksi dan kurang dari 800 kematian, mencatat lebih sedikit kasus dibandingkan negara industri besar lainnya.

 

Baca Juga: Gilead Cari Mitra Untuk Meningkatkan Produksi Remdesivir

Baca Juga: Shinzo Abe Akan Putuskan Perpanjangan Masa Tenggap Darurat Corona Pada 4 Mei

 

Namun, peningkatan yang stabil dalam sejumlah kasus telah memberi tekanan pada fasilitas medis di beberapa wilayah di negara itu.

Sebuah uji coba yang dilakukan oleh Institut Kesehatan AS (NIH) menunjukkan bahwa obat yang terpotong di rumah sakit tetap 31% dibandingkan dengan pengobatan plasebo, meskipun tidak secara signifikan meningkatkan kelangsungan hidup.

Sementara itu, pada hari Senin lalu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe memperpanjang keadaan darurat selama sebulan hingga akhir Mei dalam upaya untuk memperlambat penyebaran virus corona.

Hingga saat ini, pejabat kementerian kesehatan Jepang mengaku belum mengetahui kapan obat remdesivir mulai digunakan.

Selasa lalu, Gilead mengatakan sedang berdiskusi dengan beberapa perusahaan, termasuk pembuat obat generik di India dan Pakistan untuk memproduksi remdesivir dalam jumlah besar.

Remdesivir, yang sebelumnya gagal sebagai pengobatan untuk Ebola, dirancang untuk menonaktifkan kemampuan beberapa virus membela dirinya di dalam sel yang terinfeksi.

Sebelumnya, Otoritas Kesehatan Amerika Serikat menyetujui penggunaan remdesivie sebagai obat darurat untuk mengobati pasien dengan gejala parah Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2. Remdesivir merupakan obat antivirus yang dikembangkan perusahaan bioteknologi yang berbasis di Amerika Serikat, Gilead Sciences. 

 

The US National Institute of Allergy and Infectious Disease (NIAID) mengatakan pasien yang menggunakan obat remdesivir lebih cepat pulih daripada pasien yang hanya mendapatkan plasebo.

Waktu rata-rata pemulihan untuk pasien dengan remdesivir adalah 11 hari. Sementara pasien yang hanya diobati dengan plasebo membutuhkan waktu pemulihan hingga 15 hari.

Vaksin dengan kode pengembangan GS-5734 itu masuk kelas analog nukleotida. Antivirus ini disintesis dalam beberapa turunan ribosa. Gilead beberapa waktu lalu menyatakan tengah menguji obat remdesivir untuk mengobati pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang. 

 

Baca Juga: Menkes Jepang Izinkan Remdesivir Digunakan Untuk Pasien Coronavirus

Baca Juga: Gilead Sciences Siap Ekspor Antivirus Covid-19

 

Perusahaan itu memiliki pengalaman mengembangkan dan memasarkan obat-obatan HIV, termasuk Truvada. Untuk membunuh virus corona baru, remdesivir diketahui mesti diberikan secara intravena (metode pemberian obat melalui injeksi atau infus).

KOMENTAR