Konflik Timur Tengah Picu Harga Minyak Dunia Melambung

Sifi Masdi

Tuesday, 02-04-2024 | 11:32 am

MDN
Ilustrasi produksi minyak [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Tingginya ketegangan di Timur Tengah dan tanda-tanda membaiknya permintaan global telah menjadi pemicu utama bagi kenaikan harga minyak mentah dunia, dengan pergerakan harga yang cenderung menguat pada perdagangan baru-baru ini. Fenomena ini telah menarik perhatian pasar dan menimbulkan spekulasi tentang arah harga minyak ke depan.

 

BACA JUGA:  Rupiah Makin Limbung, Mendekati Rp 16.000/US$

 

Pada pembukaan perdagangan hari ini,  Selasa (2/4/2029), jam 09.00, harga minyak mentah jenis Brent meningkat 0,41% mencapai posisi US$ 87,78 per barel, sementara untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) naik 0,38% menjadi US$ 84,02 per barel. Pergerakan ini terjadi setelah reli di bursa berjangka AS ke level tertinggi dalam lima bulan sebelumnya, menandai dampak signifikan dari ketegangan geopolitik dan faktor ekonomi terkait.

 

 

 

 

Salah satu faktor yang berkontribusi pada kenaikan harga adalah indikator membaiknya sektor manufaktur di China dan Amerika Serikat. Data dari Institute for Supply Management (ISM) AS menunjukkan bahwa Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur naik menjadi 50,3 pada bulan Maret, menandai pertama kalinya di atas angka 50 sejak September 2022.

 

BACA JUGA: BI Keluarkan Jurus Amankan Rupiah di Tengah Menghangatnya Sengketa Pilpres

 

Di sisi lain, China juga mencatat peningkatan PMI manufaktur menjadi 50,8 pada bulan yang sama, memperlihatkan pemulihan dari kontraksi sebelumnya. Kedua data ini menjadi indikator penting bagi pasar karena menandakan potensi peningkatan permintaan minyak dari dua negara konsumen terbesar di dunia.

 

Namun, ketegangan di Timur Tengah juga menjadi fokus utama. Serangan Israel terhadap kedutaan Iran di Suriah yang menewaskan tujuh penasihat militer, termasuk tiga komandan senior, telah memperburuk konflik yang telah berlangsung selama hampir setengah tahun. Hal ini memicu kekhawatiran akan dampaknya terhadap pasokan minyak global.

 

Meskipun pasar belum mengkhawatirkan gangguan pasokan secara signifikan, keterlibatan Iran dalam konflik tersebut telah menimbulkan kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan di masa depan.

 

BACA JUGA:  Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini, Selasa (2/4/2024)

 

Pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) juga menjadi perhatian, di mana mereka akan meninjau pasar dan penerapan pengurangan produksi oleh para anggotanya. Para anggota diperkirakan akan mempertahankan kebijakan pasokan mereka saat ini yang menyerukan pengurangan produksi secara sukarela hingga akhir kuartal kedua 2024.

 

Keputusan dari pertemuan ini dapat mempengaruhi arah harga minyak ke depan, tergantung pada apakah pasar melihat kebijakan ini sebagai respons terhadap perubahan dalam keseimbangan pasokan dan permintaan.

 

Dalam situasi ini, analis pasar seperti Tony Sycamore dari IG telah menyatakan bahwa kontrak minyak berjangka AS bisa saja naik hingga pertengahan US$ 90-an jika berhasil menembus level resistance di US$ 84,00 per barel. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa ketegangan geopolitik yang terus berlanjut dan perubahan dalam kebijakan pasokan OPEC+ dapat menciptakan ketidakpastian yang dapat mempengaruhi harga minyak di masa mendatang.

 

KOMENTAR