Nasib Rupiah di Tengah Melambatnya Ekonomi AS

Sifi Masdi

Friday, 05-07-2024 | 10:49 am

MDN
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat di 2024 [ist]


 

 

 

Jakarta, Inakoran

Di tengah perlambatan ekonomi Amerika Serikat, mata uang Garuda, yaitu upiah, menghadapi masa yang penuh tantangan namun juga peluang. Dengan inflasi AS yang berangsur turun, mata uang ini berada di persimpangan jalan, menunggu keputusan penting dari Federal Reserve (The Fed) terkait suku bunga acuan.

 

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, mengamati indikator ekonomi AS yang terkini dan menemukan bahwa sebagian besar menunjukkan adanya tren penurunan. Pasar tenaga kerja yang mulai longgar dan sektor jasa yang sebelumnya tangguh, kini mulai menunjukkan tanda-tanda kontraksi.

 

“Kondisi ini meningkatkan probabilitas pemotongan suku bunga The Fed di September 2024,” ujar Josua, Kamis (4/7).

 


 

BACA JUGA: 

Rupiah Melemah Tipis: Bertengger di Posisi Rp 16.331/USD 

Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini: 5 Juli 2024

Investor Ritel Diminta Hindari Short Selling di Bursa 

PT Bank Neo Commerce Galang Dana Melalui Right Issue

 

 


 

Pemotongan suku bunga oleh The Fed, jika terjadi sesuai dengan perkiraan, dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah yang berpotensi menguat hingga kisaran Rp 15.900 hingga Rp 16.200 per dolar AS menjelang akhir tahun.

 

 

 

 

Namun, ketidakpastian politik di Eropa dan AS menambah kerumitan dalam analisis ini. Di Eropa, kemenangan partai far-right dalam pemilu legislatif Perancis ronde pertama menimbulkan pertanyaan baru tentang masa depan politik benua tersebut. Di AS, kemenangan Trump dalam debat presiden perdana menambah ketidakpastian politik yang dapat mempengaruhi pasar keuangan global.

 

Josua memprediksi bahwa dalam jangka pendek, rupiah masih akan menghadapi tekanan, meskipun tidak seintens bulan Juni lalu, dengan perkiraan nilai tukar berada di kisaran Rp 16.200 – Rp 16.500 per dolar AS.

 

Pada Kamis (4/7), nilai tukar rupiah di pasar spot berhasil mempertahankan keunggulannya, berada di level Rp 16.352 per dolar AS, menguat 0,12% dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp 16.371 per dolar AS. Pergerakan ini sejalan dengan tren yang terjadi pada mayoritas mata uang di Asia.

 

 

KOMENTAR