Sosok Para Wijayanto Pemimpin Jamaah Islamyah Hingga Masuk Penjara

Hila Bame

Sunday, 21-11-2021 | 12:29 pm

MDN

 

JAKARTA, INAKORAN

Para Wijayanto dibekuk bersama istrinya, MY (47), di Hotel Adaya, Jalan Kranggan, Jati Sampurna, Bekasi, Jawa Barat, pada Sabtu (29/6/2019), pukul 06.12 WIB.

Polisi menyatakan Para Wijayanto yang menjadi buronan sejak 2008 silam merupakan pemimpin JI setelah kelompok itu dilarang keberadaannya pada 2007. Di bawah kepemimpinan Para, JI disebut telah mengirim sejumlah pemuda berlatih militer ke Suriah.


BACA:  

Mabes Polri: Anung Al Hamat Pendiri Perisai Untuk Anggota Jamaah Islamyah


Pada persidangan, Para Wijayanto divonis tujuh tahun penjara setelah dinyatakan bersalah dalam kasus terorisme.

Para Wijayanto menjalani sidang vonis di Pengadilan Jakarta Timur pada Juli 2020. 

Selain itu, Budi Trikaryanto yang merupakan wakil dari Para juga divonis 6,5 tahun penjara.

Ketua Majelis Hakim Alex Adam Faisal mengatakan vonis terhadap keduanya lebih rendah dibandingkan tuntutan Jaksa Penuntut Umum.

Jaksa menuntut Para Wijayanto dengan hukuman 10 tahun penjara karena menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana terorisme sesuai pasal 14 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018.

Sedangkan Budi Trikaryanto dituntut dengan hukuman sembilan tahun penjara karena melanggar pasal 15 UU 5 Tahun 2018  karena melakukan permufakatan jahat dalam tindak pidana terorisme.

Kepolisian membeberkan sepak terjang Para Wijayanto alias PW alias Abang alias Aji Pangestu alias Abu Askari alias Ahmad Arif alias Ahmad Fauzi Utomo selama memimpin kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI).

Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono menerangkan, Para Wijayanto memegang kepemimpinan JI dari tahun 2008 hingga 2019.

"Sebelum menjadi Amir, PW sebagai pemimpin tertinggi di jajaran JI yang waktu Itu masa kepemimpinan Amir Zarkasih, alias Sahroni alias mbah. PW saat Itu memegang jabatan Qoid Waqalah. PW memiliki teritorial di Jawa Tengah dan mengelola personel JI di Jawa Tengah," kata Argo di Mabes Polri. 

Kepimpinan Para Wijayanto, Jamaah Islamiyah (JI) fokus menyebarkan ajaran serta merekrut orang-orang untuk berkecimpung di JI. Dia juga mengubah konsep JI dari Pejuang Jamaah Islamiyah menjadi total solution atau dikenal Tastos.

"Standar Operasional Prosedur untuk menjaga keamanan dan pertahanan agar tidak tertangkap dan melaksanakan survive," ujar dia.

Demikian juga sasaran teror kelompok JI ikut berubah. Namun, Argo tak menjelaskan secara rinci.

Dia hanya menjelaskan, bahwa setiap orang yang mau bergabung ke JI terlebih dahulu mendapatkan pelatihan di Yordania, Suriah dan Palestina sebelum berkontribusi dan bergabung dengan organisasi teroris Timur Tengah.

"Makanya anggota JI yang diberangkatkan ke Timur Tengah ini berbekal ilmu bela diri dengan harapan anggota JI sejajar dengan atlet pasukan khusus," ujar dia.

Menurut Argo, Para Wijayanto terbilang selektif dalam memilih orang hendak dirayu masuk ke dalam organisasi JI.

"Mereka menarget orang-orang yang memiliki keahlian bahasa arab, akhlak yang bagus, emosinal stabil, bentuk badan dan sehat secara rohani dan jasmani," ujar dia.

Menurut catatan kepolisian, Para Wijayanto sudah mengirim tujuh angkatan sejak 2013 sampai 2018. Kader muda JI yang dikirim ke Suriah Itu memiliki paket lengkap.

"Paket lengkap di sini yakni memiliki kemampuan bela diri, ahli IT, keahlian medis, ahli bahasa, ahli manajemen untuk mengurus logistik dan bagaimana pergeseran anggota di sana, baik transportasi, dan tempat tinggal. Ini sudah tertata semuanya," ujar dia.

Bahkan, kemampuan anggota muda JI diakui teroris Suriah. Ada beberapa kader JI asal Indonesia,  justru dijadikan pelatih setiba di Suriah.

"Anggota muda JI Itu diakui teroris Suriah bahwa;  mereka sudah disiapkan seperti atlet yang dilatih.

Anggota muda yang sudah dilatih bahkan  menjadi pelatih di sana seperti Fraksi jihad ISIS, ada masyarakat ahli Suriah, dan Tahrir Al-Syam, Jabah Nusrah.

Ini semua keterangan PW.

Kemudian selama di Suriah anggota muda ikut berperang dan berjaga di perbatasan, belajar kendaraan tank, Sajam selain melatih bela diri ke anggota yang lain," papar Argo.

Kisah Para Wijayanto berkembangalah hingga kini menangkap beberapa orang termasuk Farid Okbah, Zain Ahmad Najah dan Anung A. Hamat. 

 

KOMENTAR