Perang Dagang AS - China Kembali Memanas: Apa Saja Dampaknya?

Sifi Masdi

Friday, 17-05-2024 | 10:56 am

MDN
Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat vs China [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas, dengan dampak yang signifikan pada ekonomi global. Eskalasi terbaru ini diperkirakan akan menimbulkan tekanan inflasi di Amerika Serikat, dan berpotensi mempengaruhi kebijakan suku bunga Federal Reserve.

 

Pemerintahan Presiden Joe Biden baru-baru ini menerapkan tarif baru pada impor senilai US$18 miliar, setelah mempertahankan tarif yang diberlakukan oleh mantan Presiden Donald Trump pada tahun 2018-2019 atas impor barang dari China senilai lebih dari US$300 miliar. China hampir dipastikan akan membalas dengan tindakan yang sama, memicu kekhawatiran akan terjadinya inflasi.

 

Kenaikan tarif impor barang dari China berdampak lebih besar terhadap lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daripada tekanan terhadap harga impor. Fase baru perang dagang AS-China ini diperkirakan akan membuat The Fed dalam posisi terjepit.

 


 

BACA JUGA: 

Saham XL Axiata Langsung Tersungkur Pasca Rencana Merger dengan Smartfren

Rekomendasi Saham untuk Dikoleksi: Jumat, 17 Mei 2024

OJK Catat Piutang Perusahaan Pay Later Tumbuh Rp 6,13 Triliun

AS akan menaikkan Tarif Impor Tiongkok senilai US$18 miliar, Termasuk chip 

 


 

Makalah “Proteksionisme Perdagangan dan Lapangan Kerja Manufaktur AS” oleh Chunding Li, Jing Wang, dan John Whalley tahun 2021 menemukan bahwa langkah-langkah proteksionis mengurangi lapangan kerja manufaktur. Dalam skenario adanya tindakan balasan China, tarif sebesar 30%, 45% dan 60% akan mengurangi pekerjaan manufaktur AS masing-masing sebesar 2,6%, 3,3% dan 3,8%. Ini berarti akan ada 300.000 hingga 850.000 lapangan kerja yang akan hilang.

 

 

 

Dampak pada Ekonomi

Moody’s Analytics mencatat tarif impor terhadap produk China pada 2018-2019 tidak memiliki dampak positif terhadap lapangan kerja manufaktur AS dan perang dagang yang terjadi menyebabkan hilangnya 300.000 lapangan kerja di AS secara keseluruhan.

 

Ryan Hass dari lembaga think tank Brookings Institution menulis bahwa perang dagang dengan China sangat merugikan ekonomi AS karena hilangnya pekerjaan, pajak regresif terhadap konsumen dari kenaikan biaya impor, dan tekanan yang cukup besar terhadap pasar saham AS.

 

Penelitian dari Fed New York dan Universitas Columbia pada 2020 menemukan bahwa perang dagang AS-China selama masa jabatan Trump telah menekan ekuitas sebesar 6%, atau setara US$1,7 triliun. Jika penurunan 6% pada saham AS terjadi saat ini, kapitalisasi pasar indeks S&P 500 diperkirakan akan tergerus hingga US$2,65 triliun. Dengan valuasi saat ini yang jauh lebih tinggi daripada tahun 2018-2019, pasar diperkirakan lebih rentan terhadap koreksi yang lebih dalam.


 

KOMENTAR